Ketika Paus Fransiskus tiba di Jakarta pada September 2024, perhatian publik seketika tertuju pada kendaraan yang menjemputnya di bandara: sebuah Toyota Innova. Bukan kendaraan mewah yang biasanya diidentikkan dengan para pemimpin dunia atau tokoh agama, melainkan mobil yang sering kita temui di jalanan Indonesia. Pilihan Paus Fransiskus ini, seperti yang sering kali terjadi dalam perjalanannya, seolah menjadi pesan yang lebih kuat dari kata-kata. Kesederhanaan adalah inti dari ajarannya, dan kali ini, ia menegaskan kembali nilai tersebut di hadapan jutaan orang.
Bukan hanya karena pilihan kendaraan tersebut yang tak lazim bagi tokoh sekaliber Paus, tetapi juga karena pesan simbolis yang ditawarkannya. Di era di mana para pemimpin dan tokoh sering kali dihadapkan dengan godaan untuk menunjukkan kekuasaan atau kemewahan, tindakan Paus Fransiskus ini bisa dibilang menampar mereka yang terlalu sering memamerkan status sosial melalui gaya hidup yang berlebihan.
Saya melihat bahwa keputusan Paus Fransiskus untuk menggunakan kendaraan sederhana seperti Innova tak bisa dilepaskan dari nilai-nilai yang ia pegang teguh sejak awal kepemimpinannya sebagai pemimpin Gereja Katolik. Ini bukan pertama kalinya Paus memilih kendaraan yang jauh dari kemewahan. Sejak masa kepausannya dimulai pada 2013, Paus Fransiskus telah konsisten dengan hidup sederhana, menolak tinggal di Istana Apostolik yang mewah dan memilih untuk menetap di sebuah asrama sederhana di Vatikan. Bahkan, ketika berkunjung ke berbagai negara, ia sering kali menggunakan pesawat komersial dan kendaraan yang tidak mewah---hal yang juga terjadi dalam kunjungannya ke Indonesia ini, seperti dilaporkan oleh CNBC Indonesia.
Paus Fransiskus, dengan segala pengaruh dan kekuasaannya sebagai pemimpin lebih dari satu miliar umat Katolik di seluruh dunia, tetap menjaga komitmen terhadap kesederhanaan. Kesederhanaan ini bukan sekadar tindakan performatif, melainkan bagian integral dari spiritualitas yang ia terapkan dalam kepemimpinannya. Dalam budaya di mana seringkali kekayaan dan status dipandang sebagai ukuran kesuksesan, tindakan Paus ini memberi teladan yang kuat. Melalui pilihan kendaraan dan gaya hidupnya, Paus Fransiskus seolah berkata bahwa kekuasaan dan otoritas sejati tidak harus ditampilkan dengan kemewahan.
Dalam laporan Detik, momen ketika Paus Fransiskus duduk di kursi penumpang depan Toyota Innova saat ia tiba di Indonesia menjadi simbol kesederhanaannya yang sejati. Paus tak memilih duduk di belakang, tempat yang biasanya disediakan bagi para VIP, tetapi memilih duduk di depan, seolah-olah ia adalah warga biasa yang hanya ingin mencapai tujuannya tanpa embel-embel protokoler yang rumit. Hal ini menandai bagaimana ia ingin terus dekat dengan masyarakat dan menunjukkan bahwa, meskipun ia adalah Paus, ia adalah manusia biasa yang menjalani kehidupan dengan cara yang bersahaja.
Namun, keputusan ini tidak hanya mengundang pujian, tetapi juga pertanyaan dari beberapa pihak. Mengapa seorang Paus, dengan segala otoritasnya, memilih untuk menggunakan kendaraan sederhana di tengah-tengah situasi dunia yang penuh dengan tantangan? Jawaban atas pertanyaan ini terletak pada filosofi Paus Fransiskus tentang kepemimpinan dan kekuasaan. Ia tampaknya ingin menunjukkan bahwa kekuatan sejati tidak terletak pada kendaraan yang megah atau fasilitas mewah, tetapi pada ketulusan hati dan pelayanan kepada orang lain.
Di sisi lain, tindakan Paus ini juga bisa dilihat sebagai teguran terhadap gaya hidup konsumeris yang kerap kali melanda masyarakat modern, termasuk di kalangan tokoh-tokoh penting dunia. Paus Fransiskus tampaknya sadar bahwa banyak orang di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia, masih hidup dalam keterbatasan. Dengan memilih Toyota Innova yang merupakan mobil kelas menengah di Indonesia, Paus ingin menunjukkan empati terhadap situasi tersebut. Ini adalah pengingat bagi para pemimpin dunia bahwa gaya hidup sederhana dapat mendekatkan mereka dengan rakyat, bukan justru memisahkan.
Dalam konteks Indonesia, sebuah negara yang sedang berkembang dengan populasi besar dan ketimpangan ekonomi yang mencolok, tindakan Paus ini memiliki makna yang lebih dalam. Masyarakat Indonesia sering kali menyaksikan pejabat dan tokoh publik yang lebih sering memilih gaya hidup glamor dan memamerkan kekayaan mereka. Di tengah realitas ini, Paus Fransiskus datang sebagai contoh nyata bahwa kesederhanaan adalah nilai yang universal dan dapat diterapkan oleh siapa pun, bahkan oleh orang yang memiliki otoritas tertinggi di salah satu agama terbesar dunia.
Kesederhanaan Paus Fransiskus dalam memilih Toyota Innova ini juga menyampaikan pesan penting bagi dunia bisnis dan korporat. Dalam dunia yang sering kali didorong oleh kemewahan dan pencitraan, langkah ini mengingatkan para pemimpin bisnis bahwa keberhasilan dan otoritas tidak selalu harus diwujudkan melalui simbol-simbol kemewahan. Sebaliknya, kepemimpinan yang rendah hati dan tulus justru dapat menjadi fondasi yang lebih kuat untuk membangun kepercayaan dan kredibilitas, baik di kalangan karyawan, pelanggan, maupun masyarakat luas.
Lebih jauh lagi, tindakan ini juga menggambarkan nilai keberlanjutan. Paus Fransiskus dikenal sebagai pendukung utama gerakan lingkungan hidup, dan mobil seperti Toyota Innova Zenix yang digunakan dalam kunjungannya adalah simbol dari pendekatan yang lebih ramah lingkungan dibandingkan kendaraan mewah ber-CC tinggi yang lebih boros energi. Melalui pilihan ini, Paus sekali lagi menunjukkan konsistensi dengan nilai-nilai yang ia pegang teguh, termasuk dalam hal keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan.