Lihat ke Halaman Asli

Andrea Wiwandhana

Digital Marketer

Johatsu, Fenomena Menghilang di Jepang, Mengapa Mereka Memilih Menjadi Bayangan?

Diperbarui: 9 Agustus 2024   07:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

youtube.com/Screen International

Fenomena "Johatsu" atau "penguapan" di Jepang merupakan sebuah realitas sosial yang tersembunyi dan mengejutkan. Istilah ini merujuk pada individu yang secara sukarela menghilang tanpa jejak, meninggalkan kehidupan mereka yang lama untuk memulai dari awal, sering kali dengan cara yang sangat tertutup. Di tengah modernitas dan kemajuan teknologi Jepang, Johatsu menjadi cermin dari tekanan sosial yang mendalam, di mana beberapa orang merasa bahwa menghilang adalah satu-satunya jalan keluar dari situasi yang mereka hadapi.

Fenomena ini bukanlah hal baru, namun baru-baru ini menarik perhatian internasional melalui film dokumenter dan liputan media yang mendalam. Menghilang tanpa jejak ini bukan sekadar tindakan melarikan diri dari kehidupan sehari-hari, tetapi sering kali merupakan upaya terakhir untuk melarikan diri dari beban sosial seperti utang, kegagalan, atau stigma yang mereka anggap tak tertanggungkan. Johatsu menjadi opsi terakhir bagi mereka yang tidak melihat jalan lain di tengah kehidupan yang penuh dengan tekanan.

Sebagian besar Johatsu tidak hanya melarikan diri dari keluarga dan teman-teman, tetapi juga dari identitas mereka sendiri. Mereka mengubah nama, pindah ke kota yang berbeda, dan bekerja dalam pekerjaan yang sering kali tidak tercatat secara resmi. Pekerjaan yang diambil biasanya berada di sektor informal, di mana mereka bisa hidup tanpa meninggalkan jejak, bahkan pada sistem modern yang terintegrasi seperti di Jepang. Namun, kehidupan sebagai Johatsu bukanlah kehidupan yang mudah; banyak dari mereka hidup dalam ketidakpastian dan ketakutan akan ketahuan.

Dari perspektif sosial, fenomena Johatsu memperlihatkan sisi gelap dari masyarakat Jepang yang sering kali tersembunyi di balik citra kesempurnaan dan kedisiplinan. Tekanan untuk memenuhi ekspektasi sosial yang tinggi, baik di bidang pendidikan, karier, maupun kehidupan pribadi, bisa menjadi beban yang sangat berat. Ketika seseorang merasa tidak dapat lagi memenuhi harapan-harapan tersebut, mereka mungkin melihat menghilang sebagai satu-satunya pilihan yang tersisa.

Ironisnya, fenomena ini terjadi di negara yang dikenal dengan keamanan dan pengawasannya yang tinggi. Namun, Johatsu menunjukkan bahwa tidak ada sistem yang benar-benar sempurna dalam menangani realitas sosial yang rumit. Meskipun teknologi dan regulasi sosial berkembang, ada celah-celah yang dapat digunakan oleh mereka yang ingin keluar dari sistem dan menghilang tanpa jejak.

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena Johatsu telah mendapat perhatian dari sutradara dan penulis yang tertarik untuk mengeksplorasi sisi gelap dari masyarakat Jepang. Dokumenter Johatsu: Into Thin Air adalah salah satu contoh bagaimana media mencoba mengungkap kehidupan orang-orang yang memilih untuk "menghilang" ini. Film ini menyoroti realitas yang sering kali diabaikan dan mengajak penonton untuk merenungkan alasan di balik tindakan ekstrem tersebut.

Namun, tidak semua Johatsu berhasil sepenuhnya menghilang. Ada beberapa yang akhirnya ditemukan, baik oleh keluarga mereka yang mencari atau oleh pihak berwenang. Namun, banyak juga yang berhasil menghapus jejak mereka dengan sempurna, menjalani kehidupan baru yang penuh dengan ketidakpastian, namun jauh dari tekanan yang dulu mereka hadapi.

Fenomena Johatsu memberikan pelajaran penting tentang tekanan sosial yang ekstrem dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi individu hingga membuat mereka mengambil keputusan drastis. Di tengah modernitas dan kemajuan, Johatsu menjadi pengingat bahwa di balik kemajuan teknologi, ada realitas sosial yang sering kali diabaikan. Mereka yang menghilang mungkin hanya sedikit di antara kita, tetapi kisah mereka menyoroti kebutuhan akan pemahaman yang lebih mendalam tentang tekanan sosial dan dampaknya terhadap individu.

Menghilang mungkin tampak seperti solusi bagi beberapa orang, tetapi dalam kenyataannya, itu adalah tanda dari masalah yang lebih dalam di masyarakat. Semakin banyak orang yang memahami fenomena ini, semakin besar kemungkinan kita untuk menemukan solusi yang lebih baik daripada sekadar melarikan diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline