Lihat ke Halaman Asli

Andreas Widodo

belajar menulis

Pengalaman dengan Pelayanan Publik - Kab. Tangerang

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari keinginan untuk mendapat surat pengakuan tertulis tentang hak kepemilikan tanah, semua info di Internet di obok obok. Mulai dari cari info ke agen property, akhirnya link dibawah ini yang meyakinkan diri kalau mengurus sendiri masih bisa dilakukan.  http://nasywakamila.blogspot.com/2009/11/pengalaman-menaikkan-hgb-ke-shm.html

Berbekal info dari blog tersebut, [Terima kasih buat Sri Mulyati yang mau membagi pengalaman tersebut], dan dengan yakin langsung menuju ke kantor pertanahan kabupaten Tangerang.  Untuk menuju kantor ini pun, ada cerita "perjuangan" yang menarik. Petunjuk arah ke perkantoran Pemda Kab Tangerang, berserak mulai dari keluar exit tol Balaraja. Tetapi, begitu sampai di dalam komplek perkantoran, silahkan mencoba peruntungan dengan bertanya kepada orang di pinggir jalan untuk mencari arah kantor yang diinginkan.  Tidak ada petunjuk satu pun letak masing masing kantor dinas yang berserakan itu. Untung seorang pengojek mau berbaik hati menunjukan arah.

Sok yakin dengan info yang sudah di dapat, langsung bertanya ke seorang petugas keamanan yang lebih banyak berfungsi sebagai "customer service officer".  Semua foto kopi sudah disiapkan dari rumah. Langkah pertama ternyata adalah pengecheckan sertipikat. Kembali penantian tanpa arah. Pesan petugas keamanan hanya satu..."nanti kalau petugas yang di meja itu [menunjuk meja nomor 3], bapak serahkan dokumennya untuk pemeriksaan". Kapan keluarnya, apa tandanya petugas siap menerima dokumen dll, dsb, tidak pernah ada kejelasan. Begitu satu orang terlihat di meja 3, ada beberapa orang yang maju dan menyerahkan dokumen. Ikut arus, saya serahkan dokumen tanah dalam satu map. "silahkan tunggu, nanti akan dipanggil", begitu pesan penerima dokumen. Tidak jelas siapa beliau atau nama beliau. Namun sepertinay orang lain yang maju menyerahkan dokumen sudah mengenal baik beliau. "Dipanggil nomor urut atau nama saya, pak?" ; tanpa jawaban jelas hanya mencatat nomor urut antrian saja petugas ini. Satu jam, dua jam, dua setengah jam, hampir jam istirahat siang  datanglah panggilan nomor urut. "Nomor C042, C0xx, dan C0xx........Silahkan ikut bapak ini ke loket 10, untuk membayar biaya administrasi" . Ada dua orang lain yang tidak saya kenal sebelumnya, dikelompokan menjadi satu dalam surat perintah bayar.

Satu tahap selesai, sekarang antrian bayar. Depan loket kasir sepi, tidak ada antrian bayar. Surat perintah bayar diterima petugas dan uang sejumlah yang diharuskan dibayar diterima dengan baik, dengan pesan "Bapak dan Ibu silahkan tunggu, nanti dipanggil lagi..... kalau yang ini belum kelar sampai jam sholat, dilanjutkan nanti setelah makan siang", yang ditunjuk adalah tumpukan map merah setinggi 30-40 cm di depan mejanya. Melihat sepinya antrian di depan loket saat itu, yang terbayang adalah back-log (kerja tundaan dari kemarin) petugas ini. Jam 11:40 lampu lampu mulai dimatikan.... jam istirahat rupanya. Namun dengan semangat dan keyakinan, kami (saya dan 2 orang lain yang disatukan oleh perintah bayar) tetap kukuh menunggu di depan loket kasir. Masih ada 20 menit sebelum istirahat, dan backlog kasir ini masih banyak. Tidak mungkin petugas kasir akan istirahat awal. Sudah gelisah petugas kasir ini melihat jam istirahat dan map merah mulai berkurang. Ada harapan bisa selesai urusan bayar nih....... Jam 11:55, dengan sedikit kasar kertas bukti bayar di sodorkan kembali. "Ini pak....." Tidak ada nada ramah dan senyum lagi. Sudah capek mau istirahat rupanya ......... atau marah karena ditunggu di depan loketnya tanpa peduli lampu lampu di meja lain sudah dimatikan?...... :)

Namun lampu di meja meja yang lain sudah mati, tidak ada harapan untuk bisa menemui petugas pemeriksaan sertipikat. Kebetulan perut juga sudah teriak.... ikut arus makan siang dulu. Jam 13:00 lampu lampu mulai menyala lagi. Namun petugas pemeriksaan sertipikat belum nampak. Entah berapa menit menunggu, akhirnya muncul juga petugas pemeriksaan sertipikat. Tidak jelas antriannya bagaimana, hanya ikut arus untuk menyerahkan bukti bayar. Yang ada di benak, setelah menunggu setengah hari maka sertipikat sudah diperiksa dan tinggal ambil setelah pembayaran. TERNYATA..... pemeriksaan baru dimulai setelah ada bukti bayar.... Trus dari pagi itu dokumen ditahan untuk apa ???????? Jam terus bergerak, tidak terasa jam +/- 14:50 akhirnya panggilan nomor antrian mulai lagi. Pemeriksaan sertipikat selesai juga.... ternyata butuh 5 jam untuk pemeriksaan sertipikat. Hasilnya .... tulisan sebaris bahwa sertipikat ini sama dengan yang ada di kantor pertanahan..... H   A   H ... hanya untuk tulisan seperti itu butuh 5 jam!

Kembali minta nomor antrian ke petugas keamanan yang juga berfungsi sebagai customer service officer dan petugas informasi. "sudah diatas jam 2, mesin cetak nomor antrian sudah dimatikan Pak....."  Trus??????? "Bapak ke loket dua saja langsung untuk penerimaan dokumen"...... Hah.... tanpa antrian lagi!!!!!

"Ini untuk apa pak ?" Petugas loket dua menyapa. Papan namanya tertulis Ikhsan, masih muda sekali. "saya ingin mengubah HGB ke SHM". Dokumen dibuka buka,

"koq sertipikatnya ada dua?" ..."

"yang satu sertipikat hak tanggungan"

"Kalau itu harus di roya dulu"

"bisa sekali jalan, pak?, toh dokumen untuk roya sudah ada disitu juga" ...uji coba nego :)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline