Lihat ke Halaman Asli

Andreas Widodo

belajar menulis

Pilihan Katanya Itu, Lhooo..

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sadar diri kalau tulisan ini gak bakal masuk ke KOMPAS, saya tulis disini saja toh masih KOMPASiana :)

Yang ingin saya tuliskan adalah tentang tulisan yang dibuat oleh Haryo Damardono yang dimuat kompas beberapa hari yang lalu yang juga bisa di lihat di link dibawah ini.  http://indonesiacompanynews.wordpress.com/2012/09/19/tak-lagi-jago-kandang/

Mungkin Mas Haryo masih ragu atau belum sempat melihat tentang aturan maksimum kepemilikan saham airline di Malaysia, sehingga dipilihnya kalimat "Lion Air memang hanya pemegang saham minoritas, 49 persen...... " . Memang maksudnya mungkin untuk mengkontraskan dengan kesimpulan di akhir paragraf yang ditulisnya  "Maskapai kita bukan lagi sekadar jago kandang." Tetapi, koq rasanya masih bisa dibuat dengan kalimat yang agak enak dikit. Mis: "dengan proporsi saham sebesar 49%.......". Kenyataannya di Indonesia pun ada aturan tentang kepemilikan saham mayoritas.

Berikut juga paragraph yang menurut saya masih bisa diolah sehingga tetap bisa menunjukkan "perhatiannya" (concern), tanpa perlu "menenggelamkan" sisi yang lain.

Dalam konteks semangat positif ini, pernyataan petinggi AirAsia selalu menarik untuk disimak, bahwasanya penerbangan berbiaya murah ditujukan untuk menumbuhkan pasar, bukan untuk memperebutkan ”kue”.

Dengan langkah Lion Air tersebut, muncul pertanyaan apakah Indonesia terlalu kecil bagi Lion Air. Apakah kota-kota utama di Asia Tenggara tidak dapat dijangkau dari Indonesia? Tidakkah justru Malaysia hanya dengan sekitar 30 juta penduduk terlalu kecil bagi Lion Air?

Seperti sudah umum diketahui, Airasia selain sudah memiliki Indonesia Air Asia, saat ini juga diberikatakan dalam proses untuk "mengambil" Batavia Air. Kalau diikuti kalimat di paragraf di atas, maka tindakan Air Asia ini diartikan sebagai menumbuhkan pasar.  Namun saat Lion Air masuk ke Malaysia dengan "membuat" (sekali lagi "membuat") perusahaan baru, seakan akan "dituduh" sebagai memperebutkan kue. Apalagi ditambah dengan kalimat kalimat pada paragraph berikutnya. Menurut saya pribadi, pertanyaan pada paragraph tersebut tidak pas jika ditujukan kepada operator/Airline. Yang lebih bisa menjawab adalah pengelola airport. Mungkin games "airport tycoon" bisa membantu melihat bahwa penanggung jawab airport yang  seharusnya berusaha menarik jumlah airline mau mendarat di airportnya.

Nanti deh disambung lagi..... jam istirahat sudah habis :)

Selamat menikmati.

Andreas Widodo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline