Sesuap rasa di dalam mulut merupakan hal yang sangat berharga. Sebuah cerita dari awal proses masakan hingga tersaji di atas meja.
Food is everything we are. It's an extension of nationalist feeling, ethnic feeling, your personal history, your province, your region, your tribe, your grandma. It's inseparable from those from the get-go. (Makanan adalah segalanya bagi kami. Ini adalah perpanjangan dari perasaan nasionalis, perasaan etnis, sejarah pribadi Anda, provinsi Anda, wilayah Anda, suku Anda, nenek Anda. Itu tidak dapat dipisahkan dari orang-orang dari awal).
Itulah yang diyakini oleh Anthony Bourdain, koki veteran berpengaruh dari Amerika Serikat yang menghabiskan tahun-tahunnya sebagai koki eksekutif Brasserie Les Halles di Manhattan.
Bourdain yang juga bintang dokumenter perjalanan program eksplorasi budaya internasional, masakan, dan kondisi manusia telah memberikan pemahaman tentang rasa dalam sebuah masakan. Ucapannya tersebut menjadi landasan makna penciptaan satu piring makanan dengan tujuan menggambarkan keunikan budaya kuliner melalui berbagai generasi.
Salah satu negara dengan jejak sejarah dan budaya makanan yang melampaui zaman adalah Korea Selatan. Selain K-pop dan drama Korea yang terkenal di berbagai belahan dunia. Negara Hanguk berjuluk Negeri Ginseng tersebut memiliki banyak keragaman sajian masakan unik yang ditawarkan. Korea Selatan telah lama menggabungkan unsur herbal ke dalam masakan sebagai bentuk pelestarian budaya nenek moyang yang tak lekang waktu. Menciptakan eksklusivitas cita rasa yang khas dan tak banyak di jumpai di negara mana pun. Hal itu menjadi daya tarik tersendiri, khususnya bagi para wisatawan yang mengejar pengalaman kuliner tak terlupakan.
Mulai dari hiruk-pikuk kota Seoul hingga pedesaan yang tenang merupakan destinasi incaran para pelancong dunia. Namun, terkadang banyaknya pilihan yang ditawarkan membuat bingung ketika berkunjung ke sana. Lantas apa yang harus masuk ke dalam daftar catatan perjalanan? Di manakah tempat yang berbeda dari lainnya? Atau bagaimana suasana destinasi yang menarik itu? Anda dapat menemukan permata tersembunyi yang berpadu sempurna antara kelezatan kuliner unik dengan keindahan alam luar biasa. Salah satu destinasi wajib untuk dikunjungi yang menjadi jawaban dari pertanyaan itu adalah Naejangsan Temple Stay dan Restaurant di Jeongeup, Jeollabuk-do. Surga baru bagi para wisatawan yang haus petualangan penuh makna.
Surga Tersembunyi Korea Selatan
Naejangsan merupakan kawasan desa pegunungan yang terletak di Kota Jeongeup, Provinsi Jeollabuk-do, Korea Selatan. Kawasan yang tidak hanya terkenal dengan Taman Nasional Naejangsan yang dimilikinya. Keindahan alam Naejangsan dapat dinikmati sepanjang tahun melalui deretan pegunungan yang menjulang tinggi, keindahan air terjun, dan kuil-kuil kuno yang menenangkan. Namun, kesempurnaan Naejangsan akan terlihat saat Anda mengunjunginya pada musim gugur. Ketika daun-daun berubah warna menjadi merah dan kuning yang menjadi selimut menakjubkan dan mempesona mata. Naejangsan adalah tempat yang ideal bagi Anda untuk melepaskan diri dari kepenatan dan menemukan kedamaian.
Naejangsan Temple Stay dan Restaurant: Lebih dari Sekedar Makanan
Terletak tersembunyi di jantung pegunungan Naejangsan yang terkenal dengan keindahan dedaunan musim gugurnya. Naejangsan Temple Stay dan Restaurant adalah tempat yang menyajikan pengalaman kuliner berbeda dari restoran biasa di Korea Selatan, bahkan tidak di jumpai di negara mana pun. Restoran ini menyuguhkan masakan kuil Buddha yang disebut dengan Sachal eumsik. Hidangan yang sangat lezat tetapi juga sehat dan menenangkan. Sachal Eumsik erat kaitannya dengan filosofi adat dan tradisi para penganut biksu Buddha sejak lampau. Filosofi yang ditanamkan lewat makanan itu adalah hidup dalam kesederhanaan dan keseimbangan. Salah satu yang bisa Anda kunjungi di Naejangsan adalah Kuil Baekyangsa.
KeunikanSajian Rasa yang Nikmat
Setiap hidangan yang disajikan Naejangsan Temple Stay dan Restaurant diolah dari bahan-bahan alami. Bahan-bahan segar dan musiman yang diperoleh dari sekitar kawasan Naejangsan, menjadikannya sajian bercita rasa eksklusif dan sempurna. Hal yang menjadikan makanan kuil Buddha tersebut unik dan khas adalah karena tidak menggunakan bahan-bahan seperti bawang putih, bawang merah, bawang bombai, dan daun bawang perai. Alasannya, karena bahan-bahan itu dianggap dapat mengganggu meditasi. Sebagai gantinya, hidangan tersebut diolah dengan menggunakan teknik khusus yang menonjolkan rasa alami dari sayur-sayuran, biji-bijian, dan rempah-rempah ringan.
Beberapa hidangan khas yang bisa Anda nikmati antara lain:
- Bibimbap Kuil: Nasi campur yang disajikan dengan berbagai sayuran segar, jamur, kacang-kacangan, dan pasta kacang merah atau saus gochujang ringan yang diaduk bersama minyak wijen.
- Japchae: Mie kaca yang dimasak dengan sayuran termasuk jamur dan disajikan dengan saus kedelai yang ringan.
- Nasi Kacang Merah: Hidangan nasi yang dimasak dengan kacang merah. Setiap suapannya memberi tekstur yang lembut dan rasa yang sedikit manis.
- Sup Sayur Musiman: Sup yang kaya rasa, diolah dan dibuat dari sayuran segar yang dipetik langsung melalui kebun di sekitar kuil.
- Tahu Goreng: Tahu putih kedelai yang digoreng sempurna dan ditambahkan dengan saus kedelai ringan serta biji wijen saat penyajian.
- Kimchi Kuil: Siapa yang tidak mengenal kepopuleran Kimchi. Varian Kimchi kali ini dibuat dengan lebih ringan, segar, dan tidak terlalu pedas. Menggunakan sayuran organik dan bumbu alami, sesuai dengan tradisi kuliner kuil.
Suasana dan Pengalaman
Selain makanan yang sehat dan menenangkan, Naejangsan Temple Stay dan Restaurant tidak luput menawarkan suasana yang memperkuat refleksivitas. Komplek yang dikelilingi oleh pemandangan pegunungan serta hutan yang damai, membuatnya menjadi tempat ideal untuk melarikan diri dari kesibukan sehari-hari, hiruk-pikuk kota, dan menikmati ketenangan alam. Pengunjung dapat memilih duduk di meja rendah dengan menggunakan bantal lantai sebagai alas untuk menambah pengalaman otentik menyantap ala kuil.