Lihat ke Halaman Asli

Kemarau dan Keringnya Nurani Mentan

Diperbarui: 4 Oktober 2018   18:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dok. Edit Pribadi

Musim kemarau tahun ini mulai menunjukkan keganasannya. Sudah berminggu-minggu hujan tidak turun. Kekeringan terjadi dimana-mana. Danau menyusut, sungai mengecil, isi rekening apalagi.

Kemarau saat ini mirip suasana dompet di tengah bulan. Kering dan tanda-tanda gajian belum nampak. Masih jauh di depan. Hujan pun begitu. Entah kapan hujan akan turunnya.

Dalam kondisi kemarau begini, pihak yang paling kasihan adalah petani. Sawah sudah pasti kering. Peternak juga sama, sulit mencari rumput. Orang yang paling diuntungkan dari kemarau, adalah pedagang es. Karena semua ingin minum yang segar-segar. 

Sumber: Dok. Edit Pribadi

Kembali ke masalah kemarau...

Urusan musim atau cuaca, hampir tidak ada yang bisa berbuat apa-apa. Mau doa atau menari panggil hujan, silakan saja. Cara itu mungkin manjur, jika dilakukan suku indian di Amerika sana. Kalau memang itu berhasil, mungkin ada baiknya pemerintah kita melakukan hal itu.

Mungkin ada baiknya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman terbang ke Amerika sana. Cari dukun Indian yang paling terkenal. Minta dia ajari petani dan peternak kita doa serta tarian minta hujan.

Setidaknya, ada sesuatu yang bisa Mentan kita lakukan. Ketimbang beberapa waktu lalu, Amran Sulaiman malah meremehkan kemarau. Ia pernah berkata, kemarau tahun ini tidak akan berdampak signifikan. Mungkin pak Amran kurang jalan-jalan. Coba saja dia sekali-sekali berkunjung ke Bandung, Trenggalek, atau mungkin NTT. Lihat, masihkah ada air di sana?

Atau mungkin ke Situbondo, tanya pada para peternak sapi yang kini harus mengelana jauh ke dalam hutan baluran demi mendapat rumput untuk hewat ternaknya.

Jangankan untuk mengairi sawah dan ladang, untuk orang mandi saja mungkin sulit.

Kalau mau lebih konkret lagi, tolong Menteri Amran Sulaiman alokasikan anggaran kementeriannya yang katanya sampai Rp22,6 trilyun itu. Jangan cuma untuk pencitraan di media atau ngiklan. Tolong berikanlah petani-petani kita pompa air. Supaya mereka tidak lagi mengandalkan hujan yang tidak kunjung turun.

Sumber:Dok Edit Pribadi

Atau jangan-jangan, anggaran bantuan pompa air untuk petani sudah ada. Tapi mala tidak kunjung diturunkan, seperti hujan di musim kemarau yang tidak juga turun?



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline