Lihat ke Halaman Asli

Andreas Notonegoro

Master Economics Student at University of Huddersfield, England

Jokowi yang Tidak Melupakan Tol Laut!

Diperbarui: 5 Maret 2020   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompas.id

Indonesia adalah negara kepulauan yang sudah terlalu lama memunggungi lautan, setidaknya itu adalah fakta yang ada di Indonesia selama puluhan tahun belakangan. Stigma itu coba dirubah oleh Presiden Joko Widodo yang sejak 2014 mencoba mengembalikan identitas Indonesia sebagai negara maritim. Salah satu program unggulan terkait ini adalah Tol Laut yang dimaksudkan agar laut bukan lagi jadi pemisah antar wilayah di Indonesia, melainkan menjadi penghubung industri-industri unggulan setiap daerah. Lantas bagaimana kabarnya saat ini?

Presiden Jokowi yang tidak lupa terhadap program tol laut yang sudah dicanangkan sejak 2014 itu terlihat dalam Rapat Terbatas di Istana Negara hari ini, Kamis (5/3/2020) di Istana Negara dengan tema “Akselerasi Program Tol Laut”. Presiden meminta agar tujuan diadakannya program tol laut betul betul berjalan.

Dua tujuan utama program tol laut adalah mengurangi disparitas (perbedaan) harga antar daerah, wilayah, dan pulau di Indonesia. Kedua, mengurangi biaya pengiriman logistik yang mahal. Dalam program ini, pemerintah mengoperasikan kapal-kapal besar yang jalurnya terhubung dari sabang sampai merauke, mengelilingi pulau-pulau di Indonesia yang selama ini tidak terjamah.

Presiden Jokowi menyampaikan kepada para menterinya bahwa ia masih mendapat laporan bahwa program Tol Laut belum berjalan maksimal. Biaya logistik masih mahal, misalnya biaya logistik dari Jakarta-Medan, Jakarta-Padang, Jakarta-Banjarmasin (Tol Laut) masih lebih mahal dibandingkan biaya logistik dari Jakarta-Singapura, Jakarta-Hongkong, Jakarta-Bangkok, dll.

Presiden ingin masalah yang membuat biaya logistik mahal, seperti dwelling time di pelabuhan atau praktik monopoli yang membuat tidak efisien segera diselesaikan. Masalah ketidakseimbangan barang yang dikirim dari barat ke timur dan dari timur ke barat yang membuat biaya logistik mahal pun diminta oleh Jokowi untuk segera diselesaikan oleh para menteri. Hal itu agar tol laut dapat berjalan sesuai dengan tujuan awalnya.

Perbandingan kontribusi transportasi laut dengan udara dan darat memang cukup jomplang. Transportasi laut pada 2019 hanya menyumbang 0,32 persen terhadap PDB. Bandingkan dengan kontribusi transportasi darat yang kontribusi terhadap PDB mencapai 2,4 persen dan transportasi udara menyumbang 1,6 persen. Jika program tol laut bisa berjalan sebagaimana mestinya, kontribusi terhadap PDB tentu saja akan lebih besar. Maka, Presiden Jokowi yang tidak melupakan visi besarnya pada awal memimpin Indonesia adalah hal yang tepat dilakukan oleh seorang pemimpin!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline