Lihat ke Halaman Asli

Andreas Notonegoro

Master Economics Student at University of Huddersfield, England

Dari Baterai sampai Ibu Kota Baru, Isi Pidato Jokowi di Abu Dhabi

Diperbarui: 14 Januari 2020   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Jokowi bertemu dengan Putra Mahkota Abu Dhabi dan Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata UEA Mohamed bin Zayed di Istana Kepresidenan Qasr Al Watan di Abu Dhabi, UEA, pada Minggu (12/2/2020). (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Abu Dhabi Sustainable Week adalah forum ekonomi yang membahas terkait pembangunan ekonomi yang berkelanjutan atau ramah lingkungan. Salah satu hal penting bagi negara-negara yang gencar melakukan pembangunan di seluruh dunia. 

Hari ini, Senin (13/1/2020) di Uni Emirat Arab (UAE) Presiden Jokowi menjadi pembicara kunci tersebut. Di sana, Presiden Jokowi coba memperlihatkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang kuat secara ekonomi dan negara yang menarik untuk diajak bekerja sama oleh dunia dalam melakukan pembangunan yang ramah lingkungan. Mengapa?

1. Presiden Jokowi menjelaskan dengan optimis bahwa dalam waktu sekitar 10 tahun mendatang, banyak orang di dunia akan mengingat Indonesia dari semua handphone yang digenggam oleh warga dunia. Mengapa? Karena handphone menggunakan Lithium-Ion Battery sebagai daya (untuk menghidupkan hp) dan 50 persen bahan bakunya merupakan nikel. Dan Indonesia adalah negara dengan penghasil nikel terbesar di dunia.

Melalui Lithium-Ion Battery, Indonesia akan berperan terhadap energi masa depan, karena mulai hari ini banyak mobil listrik diproduksi, dan bahan bakarnya adalah Lithium-Ion Battery. 

Oleh karena itu, Indonesia akan menjadi salah satu penentu ekonomi dunia di masa depan lewat anugrah nikel yang dimilikinya. Indonesia akan dapat berkolaborasi dengan baik kepada negara mana pun yang ingin mengembangkan industri Lithium-Ion Battery di Indonesia, sebuah langkah strategis dari seorang pemimpin negara dalam melihat peluang untuk memajukan negaranya!

2. Energi Biodisel. Presiden Jokowi juga menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia akan menjadi salah satu penentu dalam energi masa depan dunia dalam bidang biodisel. 

Hal itu karena Indonesia adalah negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Menanam sawit lebih efisien 9 kali lipat dibanding menanam tanaman lain yang menghasilkan minyak nabati seperti kedelai, ataupun bunga matahari.

ilustrasi pribadi

Tahun 2019, Indonesia sudah menerapkan kebijakan B-20, artinya semua bahan bakar disel (solar) 20 % diantaranya dicampur dengan minyak sawit. Itu menghemat pengeluaran negara sebesar 3,4 milyar dollar AS, sekaligus mengurangi 8,9 juta ton emisi CO2. Sebuah terobosan dalam transformasi energi yang ramah lingkungan, dan lagi-lagi Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi penentu.

3. Ibu Kota Baru. Terakhir Presiden Joko Widodo menegaskan komitmen Indonesia dalam pembangunan yang ramah lingkungan. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan kesejahteraan ekonomi di Indonesia, Presiden Jokowi mengambil langkah monumental, yaitu memindahkan Ibu Kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur. 

Ibu Kota baru yang nanti akan dihuni oleh sekitar 6-7 juta penduduk akan dibangun dengan konsep smart city. Ibu Kota yang konsepnya akan lebih mengedepankan koneksi moda transportasi publik, fasilitas pejalan kaki, dan hutan kota. 

Sehingga, konsep dekat dengan alam yang tentu saja ramah lingkungan akan menjadi konsep utama dalam pembangunan ibu kota baru. Presiden Jokowi membuka kesempatan bagi dunia internasional yang ingin berkolaborasi dalam pembangunan tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline