Lihat ke Halaman Asli

Berkenalan dengan Kota Phan Thiet dalam sehari

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jembatan Le Hong Phong

Setelah bertahun-tahun tinggal di Bali, sekarang sudah setahun lamanya tinggal di Vietnam Utara, dan berada di daerah gunung pula, perasaan rindu akan daerah pantai dan laut tidak bisa dihilangkan.
Rindu itupun terlampiaskan juga akhirnya.

Kota Phan Thiet berjarak 5 jam perjalanan dari Ho Chi Minh City alias Saigon. Perjalanan dari bekas ibukota Vietnam Selatan ini dapat dengan nyaman ditempuh dengan semua moda transportasi darat; mobil, bus, dan kereta api. Bus executive, yang berangkat tiap 2 jam ini, bisa di dapat dari terminal bus antar kota Mien Dong di pusat kota, dengan hanya membayar VND80,000. Kereta api pun demikian. Namun, kereta api hanya sekali berangkat yaitu pagi hari.
Kota Phan Thiet ini menjadi terbuka untuk wisatawan setelah ada peristiwa gerhana matahari total tahun 1995 di Mui Ne, sebuah kota pantai yang berjarak 1 jam dari Phan Thiet.

Berbeda dengan kehidupan di Utara, terutama dalam hal kerohanian, di Selatan di sepanjang Highway 1 yang menghubungkan HCMC dengan Propinsi Binh Thuan, banyak sekali ditemui gereja-gereja baik Kristen Protestan maupun Gereja Katolik. Ada yang berjarak 200 meter satu sama lainnya. Apalagi di salah satu Gereja Katolik, stasi untuk prosesi Jalan Salib yang berukuran besar ada di halaman Gereja. Pemandangan yang tidak pernah ada di Utara.
Kondisi jalanan baik sekali dan lebar walaupun penerangan jalan tidak ada.

Phan Thiet, selayaknya kota nelayan di Indonesia, irama kehidupan mereka pun berbeda dengan kota-kota lainnya di Vietnam. Bau laut terbawa angin dari pantai dan dapat dicium ketika jendela mobil dibuka. Selepas Phan Thiet, selama 1 jam, kota Mui Ne pun sudah siap menyambut datangnya malam.
Ketika itu, hujan baru saja berhenti setelah 2 hari mengguyur Phan Thiet dan Mui Ne. Sehingga. udara terasa bersih dan tidak terlampau panas.

Sebelum berangkat menuju Phan Thiet, seperti biasa, studi literatur sudah dilakukan dengan seksama dengan tujuan mengenal semua tempat dan dimanfaatkan kalau bisa dalam sehari semua itu sudah tercakup.

Ada kota Pham Thiet, pelabuhan dan pasar ikannya, Sekolah Duc Thanh, dan Van Thuy Tu Temple. Tapi salah satu tujuan yang “tidak lazim” adalah kunjungan ke pabrik saus ikan (fish sauce) atau nuoc mam. Phan Thiet memang terkenal dengan produksi saus terfavorit di Vietnam, selain Phu Quoc. Setiap hidangan Vietnam, pasti ada saus ikan ini. Tidak pernah tidak. Dan memang, setelah terbiasa, tidak akan bisa lepas.

Kota Phan Thiet, sungai dan pasar ikannya.

Sebagaimana kota nelayan di Indonesia, semua titik kehidupan berawal dari sungai. Di hilir sungai Ca Ty ini lah terletak jantung kehidupan Phan Thiet. Di sore hari, di selasar sungai, pemandangan cantik sungai dengan perahu nelayan yang hilir mudik menjadi pemandangan yang menyejukkan hati. Ditambah dengan jembatan Le Hong Phong yang terbentang gagah diatasnya. Jembatan ini adalah salah satu dari tiga jembatan yang membentang sepanjang sungai Ca Ty ini. Jembatan ini didedikasikan untuk pemimpin komunis Vietnam: Le Hong Phong. Selain jembatan ini, adapula jembatan yang dibangun oleh pemerintah AS ketika masa perang. Sebagai catatan, Phan Thiet menjadi salah satu tempat pendaratan tentara AS, yang diberi kode Landing Zone Betty.

Persis di bantaran sungai, diseberang jalan, berdiri gagah sebuah menara yang merupakan menara suplai air dimasa lalu. Di buku-buku disebut The Water Tower of Phan Thiet. Menara ini dirancang oleh Tran Dang Khoa, seorang arsitek lokal. Menara cantik setinggi 20 meter ini selesai tahun 1934 dan sejak itu menjadi satu-satunya sumber air bagi Phan Thiet dan menjadi simbol dari kota ini hingga sekarang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline