Hari ini Ambrosius Louis Santiago Lalenoh berulang tahun yang ke 8. Cepat besar dan cepat jadi jagoan Papa ya, Nak. Remember my son: being a leader is not a matter of how good you are with your power. But, how good you are with your brain power. Happy Birthday..!! Nah, sesuai dengan janji, berangkatlah kita ke Pejaten Village Mall (by: Lippo Group). Karena kita berangkat sudah agak siang, maka tujuan pertama ya menyumpal perut Audrey dan Louis. Begitu naik ke lantai 2, lho… kok ada yang bagus nih. Ah Mei Cafe by Banquet Singapore. Tidak perlu cap kopi tiam, untuk menampilkan sebuah warung kopi. Ah Mei Cafe ini salah satu contohnya. Dengan pulasan warna kuning yang cerah dan tata letak ruangan yang rapi, Ah Mei Cafe memproklamirkan dirinya sebagai the original singaporean hawker style. Ada ruangan luar dan ruangan dalam. Ruangan luar itu di balkoni dan bisa untuk merokok. Hari itu, karena Sabtu, Ah Mei lumayan penuh tapi tidak berjubel.
Tapi memang benar. Teh Tarik (teh dan susu yang dikocok), Kopi O (kopi hitam panas yang agak manis), Kopi O Kosong (kopi hitam panas yang tidak manis), Prata, Nasi Biryani dan semua jenis makanan yang biasa saya santap di Upper Bukit Timah dulu ada semua di Ah Mei Cafe. Siang itu kami memesan: Nasi Biryani Ayam Roti Prata (with onion and egg) dan kari kambing (mutton curry) Murtabak Beef. Teh Tarik. [caption id="" align="alignleft" width="151" caption="Roti Prata"]
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="152" caption="Teh Tarik"]
[/caption] [caption id="" align="alignnone" width="151" caption="Nasi Biryani Ayam"]
[/caption] Nasi Biryani Ayamnya sangat otentik. Rempah-rempahnya ada semua disana. Bahkan, saya bisa menemukan bunga Angsana (star anise). Potongan ayamnya juga lebih generous. Recommended kok. Roti Prata (with Onion and Egg)nya datang dengan kuah kari yang kental dan ada lentil-nya. Karena merasa kurang yakin, sebagai side dish-nya, saya pesan mutton curry sebagai penyerta si prata tadi itu. Ternyata kuah kari bawaan si Roti Prata masih lebih jagoan ketimbang mutton currynya. Mutton curry terhidang dengan rasa asin yag mungkin terjadi karena seringnya dihangatkan. Roti Pratanya dibuat dengan tata cara yang tradisional. Dengan hentakan tangan untuk memecahkan adonan prata itu. Jadi ingat Soto Gebrak di Karet Kuningan. Masih merasa kurang dengan Nasi Biryani dan Roti Prata, maka dipesanlah Beef Murtabak (martabak sapi). Kuah kari yang datang sama persis dengan yang menyertai Nasi Biryani dan Roti Prata. Martabak ini kurang “kena”, karena a bit plain. Seperti kurang merica gitu. Tapi untung ada mutton curry tadi itu. Jadi ya lumayan lah. Beef and Mutton on the same plate. MInumnya apa lagi kalau bukan Teh Tarik. Teh tariknya pun original. Karena dibuat di tempat. Bukan sachet.
Mungkin kunjungan berikutnya akan mencoba Kopi O. Ingat masa-masa hidup di Bintan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H