Lihat ke Halaman Asli

Andreas Kevin

Mahasiswa

KKN Kolaboratif 234: Bosan Makan Tempe? Nikmati Kelezatan Baru dari Produksi Tempe Bapak Mulyadi

Diperbarui: 7 Agustus 2022   06:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelompok KKN 234 Kranjingan Berkunjung ke Produksi Tempe Bapak Mulyadi bin Faisal

     

         Kelurahan Kranjingan merupakan salah satu kelurahan yang terletak di kecamatan Sumbersari, kabupaten Jember. Kelurahan ini terkenal akan produk UMKM lezat dan beragam jenisnya. Salah satu olahan produk UMKM yang ada di kelurahan Kranjingan yaitu produksi tempe yang dikembangkan oleh bapak Mulyadi bin Faisal. Produksi tempe ini terkenal karena bentuknya yang lebih besar dan bersih dibandingkan dengan produksi tempe yang telah dikembangkan oleh perusahaan lain. Selain itu, rasanya pun tidak kalah lezat dibandingkan produksi tempe lainnya.

          Pada Minggu, (31/7) kelompok KKN 243 Kranjingan kembali mendapat kesempatan untuk berkunjung ke produksi tempe bapak Mulyadi. Bapak Mulyadi menunjukkan bagaimana proses pembuatan tempe dan penyebab olahan tempenya lebih lezat dibandingkan produksi olahan tempe dari perusahaan lain. Bapak Faisal menjelaskan, bahwa dalam satu kali produksi mampu menghasilkan tempe sebanyak 36-38 kg. Bahkan sebelum corona berhasil memproduksi tempe sebanyak 60 kg. Proses pembuatannya pun berlangsung selama 4 hari, diawali dari kedelai mentah yang direbus lalu ditiriskan. Setelah ditiriskan, kedelai yang sudah masak digiling dan dicuci kemudian direndam selama satu malam. Kedelai yang sudah direndam, direbus lagi sebentar dan diletakkan di wadah terbuka agar kedelai menjadi dingin. Setelah kedelai dingin kemudian diberi ragi dan dibungkus menggunakan plastik eceran 2000-an. Kedelai yang sudah dibungkus, didiamkan kurang lebih selama 36 jam atau setara dengan 1 malam 2 hari. Bapak Mulyadi juga menjelaskan bahwa ragi yang dibutuhkan untuk 37 kg kedelai sebanyak 6 sendok teh ragi. Namun jika cuaca dingin dan lembab, ragi harus ditambah agar tempe yang akan dihasilkan tidak mengalami kegagalan. Selain itu, jika ada beberapa tempe yang berbau, itu disebabkan oleh bahan baku kedelai yang kurang bersih.

(Kiri) Tempe Jadi dari Produksi Tempe Bapak Mulyadi (kanan) Tempe masih dalam proses fermentasi

          Bapak Mulyadi berkata, bahwa produksi tempe yang dibuat beliau hanya dipasarkan ke warung-warung dekat rumah dan tempe produksinya tidak menggunakan merk. Oleh karena itu, kami sebagai agent of change merekomendasikan untuk memberi merk pada produksi olahan tempe bapak Mulyadi agar tidak mudah diklaim oleh perusahaan tempe lainnya. Kami juga memberi pengarahan agar memanfaatkan media sosial sebagai platform pemasaran yang sangat menguntungkan. Media sosial yang digunakan bisa berupa instagram, whatsapp, facebook, dan lain sebagainya. Rekomendasi dan pengarahan yang kami berikan diharapkan mampu mengembangkan produksi tempe bapak Mulyadi menjadi perusahaan yang lebih besar dan terkenal di semua kalangan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline