Lihat ke Halaman Asli

Andreas Pisin

Biarpun Gunung-Gunung Beranjak Dan Bukit-Bukit Bergoyang Namun Kasih Setia-Ku Tidak Akan Beranjak Daripadamu

Gerakan Ekumenis Menuju Persatuan Gereja Kristus

Diperbarui: 7 Maret 2022   06:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tulisan ini mau menyuguhkan suatu usaha untu meningkatkan hubungan antara Gereja Katolik Roma dengan Gereja-Gerja Kristen Protestan dengan berfokus pada Gerakan Ekumenis Menuju Persatuan Gereja Kristus, bagi penulis tema ini menarik untuk didalami, mengingat dalam tahun-tahun terakhir ini Paus Fransiskus selalu menyinggung tentang pentingnya persatuan dalam tubuh Gereja. 

Beliau bukan hanya terbatas pada himbauan tetapi juga banyak tindakan yang telah beliau lakukan. Bisa dilihat dari usaha beliau menjalin komunikasi dengan para pemimpin agama kristen seperti pemimpin Gereja Katolik Ortodoks, Anglikan, Lutheran dan banyak lagi. Dari  situlah penulis tertarik untuk mendalami tema ini sebagai proses studi mengenai persoalan dan menemukan solusi yang tepat. 

Penulis mencoba memahami latar belakang terjadinya perpecahan Gereja hingga lahirlah berbagai macam denominasi, setelah itu melihat apa solusi yang mungkin dilakukan untuk menciptakan rekonsiliasi atau terciptanya Persatuan Gereja. Penulis berusaha memahami dan memaparkanya secara lebih mendalam. 

Tema ini penulis bahas dalam metode pembacaaan kritis dengan mengacu pada buku-buku dan dokumen Gerjeja dan tesis yang berkaitan dengan tema ekumenisme. 

Dari proses studi ini penulis menemukan bahwa ekumene tidak akan berhasil jika setiap orang tidak bersikap terbuka akan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. 

Setiap perubahan selalu mengandung konsekuensi, baik itu perubahan yang mengandung nilai positif maupaun nilai negatif. Persatuan Gereja sulit tercapai karena di dalamnya mengandung masalah yang kompleks menyangkut tatanan hidup setiap orang, banyak sistem yang sudah matang akan dirombak demi mencapai persatuan.

Persoalan Persatuan Gereja ini bukan suatu masalah yang sepele sekali lagi mengingat di dalamnya bergantung hidup jutaan orang. Di sini perlu perencanaan yang matang dan kerendahan hati dari setiap aliran agar kesatuan Gereja Kristus sungguh bisa terwujud.

  • Latar Belakang Gerakan Ekumenis
  • Gerakan ekumenis telah digalakkan dalam Gereja Katolik jauh sebelum Konsili Vatikan II. Salah satu perhatian utama Konsili Vatikan II tertuju pada usaha mencari persatuan umat kristiani. Konsili menyadari bahwa secara resmi Gereja Katolik belum mengakui kenyataan-kenyataan sejarah yang kurang baik bagi nama baik Gereja.[1] Usaha untuk mempersatukan umat Kristen yang dilakukan oleh berbagai Gereja telah membuka mata Gereja Katolik untuk mulai membuka diri pada dialok dan rekonsiliasi dengan Gereja-gereja di luar Gereja Katolik.[2] konsekuensi dari sikap ini ialah Gereja Katolik harus menghindarkan diri dari sikap monopoli seluruh kebenaran, Gereja harus berani rendah hati demi persatuan yang lebih besar. kerendahan hati Gereja mengakui bahwa sekarang ini, atas dorongan rahmat Roh Kudus, di cukup banyak daerah berlangsunglah banyak usaha berupa doa, pewartaan dan kegiatan untuk menuju ke arah kepenuhan kesatuan yang dikehendaki oleh Yesus Kristus.[3] 
  •  
  • Konsili dengan berani mengakui bahwa karunia Roh Kudus telah bekerja dalam diri setiap orang yang berusaha mewujudkan persatuan kristiani.gereja Katolik pada saatnya merangkul saudar-saudari yang terpisah. Sebab berkat iman akan Kristus dan dibaptis dengan sah, mereka berada dalam satu persekutuan dengan Gereja Katolik, sungguhpun secara tak sempurna.[4] Ini menunjukkan suatu komitmen Gereja untuk mengusahakan persatuan yang utuh sebagaimana harapan Tuhan Yesus. 
  •   
  •  Pengertian Gerakan Ekumenis
  •  
  • Secara etimologis kata ekumene berasal dari kata oikoumene (Yunani) yang berarti “dunia yang didiami”, “yang didiami”.[5] Secara teologis Karl Rahner mengartikan kata oikoumene sebagai sesuatu yang berhubungan dengan pengetahuan tentang persatuan kristen dan keinginan untuk mencapainya yakni gerakan ekumene.[6] Dan Geriit Singgih mengartikan oikumene sebagai pergaulan dan persekutuan diantara gereja-gereja Protestan berbagai aliran, Ortodoks dan Katolik.[7] Dari pernyataan kedua tokoh ini Rahner maupun Singgih menampilkan pengertian yang mengandung persatuan kristiani.
  •  

  •  
  • Usaha Gerakan Ekumenis
  •  
  • Cita-cita terwujudnya persatuan semua murid Kristus seperti yang diharapkan oleh Konsili Vatikan II akan tetap menjadi harapan tanpa relasi apabila tidak ditindak lanjuti, dengan usaha nyata. Untuk merealisasikan persatuan umat kristen. Konsili Vatikan II menyebutkan beberapa tindakan konkrit yang harus dilakukan oleh setiap insan yang mengaku sebagai Murid Kristus, terutama bagi semua orang Katolik untuk merangkul saudara saudari yang terpisah. Paus Fransiskus telah mebawa angin segar bagi kegiatan ekumenis. Sikap ini penting diambil oleh beliau mengingat beliau sebagai pemimpin tertinggi agama Katolik di satu sisi ini menunjukkan kerendahan hati yang sungguh mulia dan disisi lalin ini menunjukkan suatu kesungguhan untuk menjalin relasi yang serius dalam rangkan mengusahakan persatuan kembali Gereja Kristen. Bukti nyata antusiasme terhadap hadirnya Patriarkh Ortodoks Konstatinopel Bartolomeus I ia hadir dalam upacara inagurasinya sebagai Paus. Ini berlanjut pada rencana pertemuan keduanya di Yerusalem tahun yang sama untuk mengenang 50 tahun jumpa perdana dua primat Gereja Timur dan Barat antara Patriarkh Athenagoras dan Paus Paulus VI pada 1964. Selain itu hadir juga Katolikos seluruh Gereja Armenia, Patriarkh Karenkin II; Batrik Gereja Ortodoks Serbia, Amfilohije Radovic; perwakilan dari Gereja-gereja Episkopal; Uskup Agung Utrecht Belanda dari Gereja Katolik Lama, Mgr. Joris Varcammen; utusan Kirill I, Patriarkh Moskow dan seluruh Gereja Ortodoks Rusia.
  •  
  • Lalu Paus Fransiskus berturut-turut menerima Uskup Agung Canterbury serta Kepala Gereja Inggris dan Anglikan seluruh dunia, Mgr. Justin Portal Welby (14/6). Paus Gereja Ortodoks Koptik Mesir Aleksandria, sebagai penerus Takhta  St. Markus, Tawadros II (10/5); Katolikos Gereja Siro-Malankar, Moran Raselios Martoma Paulose II (2/9)
  •  
  • Dalam setiap pertemuan selalu terjadi interaksi positif bagi ekumene, bahkan relasi personal diantara dua pemegang Takhta Gereja masing-masing. Inilah jawaban atas realitas umat Kristiani mondial. Berdasarkan The Official Catholik directory 2012, jumlah umat Kristiani menempati posisi tertinggi: 33 persen, yang terdiri dari 17 persen Katolik Roma dan 16 persen berbagai denominasi. Paus Fransiskus merangkul sebanyak mungkin denominasi sebagai saudara demi persekutuan umat Kristiani dunia.[8]   

 

2.3. 1. Menghindari Prasangka

 

“konsili suci ini mengajak umat beriman, untuk menjauhkan diri dari setiap sikap acak-acakan atau dari semangat tidak bijaksana, yang justru dapat merugikan kemajuan kesatuan yang sesungguhanya.”[9] Maksud konsili di sini adalah umat katolik harus mengambil langkah yang mendukung setiap usaha ekumnenis. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline