Etika profesi dan tanggung jawab sering dianggap hanya teori yang diajarkan di ruang kelas. Namun, kenyataannya, ini adalah fondasi utama yang menentukan kepercayaan masyarakat terhadap profesi apa pun, termasuk di bidang hukum.
Sebagai contoh, seorang pengacara, hakim, atau notaris memiliki tanggung jawab besar untuk menjalankan profesinya dengan integritas. Tapi, mari kita jujur: seberapa sering kita mendengar kasus pelanggaran etika? Mulai dari pengacara yang membocorkan informasi klien, hakim yang terlibat suap, hingga notaris yang memalsukan dokumen. Ironis, bukan?
Masalahnya, pelanggaran seperti ini terjadi bukan karena pelaku tidak tahu apa itu etika, tetapi karena mengabaikannya. Sebagai mahasiswa hukum, kita perlu kritis terhadap fakta ini. Etika dan tanggung jawab bukan hanya soal memenuhi kewajiban, tetapi soal menjaga kepercayaan publik terhadap profesi hukum itu sendiri.
Jadi, apakah etika dan tanggung jawab masih relevan? Jawabannya jelas: ya. Tanpa itu, profesi hukum hanya akan menjadi alat kekuasaan, bukan keadilan. Tugas kita ke depan adalah memastikan bahwa nilai-nilai ini tidak hanya diajarkan, tetapi juga dipraktikkan oleh kita dan para profesional di lapangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H