Tuhan yang Memberi, Tuhan yang Mengambil, Terpujilah Tuhan!
Ahok dicintai dan dibenci, dipuja dan dihujat
Oleh: Andreas Hassim, seorang pemimpi
Kisah Heroik atau Kisah yang Memuakkan
Seorang ibu datang ke Balaikota menemui Gubernur Ahok hanya untuk menjajakan makanan. Dan seperti biasa Balaikota pagi-pagi sudah dipenuhi masyarakat yang ingin bertemu Gubernurnya, mulai dari yang memiliki permasalahan sampai hanya sekedar bersalaman dan berfoto.
Tiba kesempatan, si Ibu untuk menyampaikan niatnya menjual kue kepada Gubernur, setelah mengiyakan permintaan si Ibu, Gubernur mulai terusik dengan wajah si ibu yang nampak pucat dan menahan rasa sakit. Maka, ditanyalah, apakah ibu sedang sakit? Iya pak, jawab si Ibu, kemudian Gubernur bertanya kembali, sakit apa ibu? Ginjal pak, jawab si Ibu lagi. Gubernur menjadi tambah penasaran, kenapa sakit malah datang menjual kue, maka Gubernur bertanya kembali apakah si Ibu memiliki jaminan kesehatan.
Kepedulian Gubernur inilah yang membuat si Ibu pecah tangisnya karena ia tak cukup berani meminta atas kebutuhannya akan layanan kesehatan namun mencoba menawarkan makanan yang hasilnya dapat membiayainya berobat. Ini hanya satu kisah dari sekian kisah lainnya, seperti kiriman bunga dari seorang anak yang pulih kesehatannya, seorang yang dibantu biaya pernikahan saudaranya, dan masih banyak lagi jika kita ikuti cuplikan-cuplikan rekaman di Balaikota yang senantiasa menjadi berita yang ditunggu-tunggu layaknya reality show.
Cerita tadi mungkin akan membuat Anda mual jika memang pada dasarnya kita sudah berbeda prinsip. Saya tidak akan berdebat mengenai setiap prinsip yang diyakini karena itu merupakan hak individu untuk mempercayai apa yang dianggapnya benar. Dan yang lebih penting saya tidak punya hak untuk menilai kepercayaan ataupun pilihan sikap seseorang itu salah dan yang lainnya benar karena kebenaran yang sahih hanya milik Sang Khalik.
Di tulisan ini saya hanya ingin memberikan secercah harapan positif ditengah kegaduhan politik yang pada akhirnya dapat kita nikmati kelak. Melalui Tulisan ini juga saya menjawab kebodohan saya dengan pernah menulis “Saya Bermimpi Menjadi Koruptor” di tahun 2010. Dahulu saya meragukan akan ada seorang pemimpin yang berani mempertaruhkan nyawanya dan sekaligus keselamatan keluarganya demi membela kepentingan rakyat yang dipimpinnya. Jika hanya menjadi orang alim di tengah sarang penyamun sudah banyak dan hal ini yang membuat kita selalu berada di status quo.
Melaporkan penyelewengan Rp 12 triliun untuk membeli UPS dengan mengadukannya kepada KPK (karena beliau tak punya kewenangan menangkap, menyidik, dll), membuka setiap mata bahwa pemprov DKI sanggup menyediakan banyak rumah susun untuk membantu masyarakat, juga bisa menghargai tenaga orang-orang kecil sebagaimana pasukan orange, hijau, biru, ungu yang telah menjadi buah bibir karena hasil kerjanya sudah banyak dirasakan masyarakat dan mereka menikmati pula penghasilan yang cukup layak dibandingkan dulu-dulu.
Tak ketinggalan, pembuat masalah publik seperti narkotika diberantas dengan menutup sejumlah diskotik sekaligus membangun Kalijodoh menjadi Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Masih banyak hal-hal lain yang dahulu hanya mimpi telah menjadi kenyataan, namun jika saya teruskan akan menambah mual para haters, oleh karenanya saya cukupkan untuk dilanjutkan dengan pesan lainnya. Ini tergantung dari mana kita memandang, gelas yang terisi setengah atau gelas yang setengah kosong.