Lihat ke Halaman Asli

Ingin Uang Puluhan Juta? Jadilah Editor Foto Porno

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Satu kata saja yakni "Luar biasa". Mata saya tidak berhenti berkedip ketika saya membaca berita bahwa pelaku yang mengedarkan foto porno via Facebook dengan mengedit foto Presiden RI Joko Widodo dan Pimpinan PDIP Perjuangan Ibu Megawati Soekarnoputri malah memperoleh simpati dan bantuan finansial sampai 35 juta. Penghasilan ini diperoleh dengan perincian 10 juta dari seorang politisi Gerindra yang sering eksis dengan ucapan-ucapannya yang kontroversial dan sumbangan dari Jaringan Merah Putih. Ini belum termasuk booming-nya nama Muhammad Arsyad (MA) karena diekspos oleh media-media nasional. Tinggal tunggu saja siapa tahu popularitas MA mungkin bisa menyamai artis Raffi Ahmad atau musisi Ahmad Dhani dan diliput oleh dunia infotainment.
Sebelumnya #SaveTukangsate pun menjadi trending topic di Twitter. Banyak Jokowi Hater yang menyebutkan bahwa Presiden RI yang sekarang anti kritik dan sadis kepada wong cilik. Saya juga tidak bisa membayangkan apakah mereka juga akan membela MA jika korban dari editan foto porno itu diganti dengan wajah ayah, ibu, atau pasangan mereka.

Saya beranggapan bahwa mengkritik dan menunjukkan ketidaksukaan adalah hak anda. Tetapi menyebarkan fitnah, hinaan, apalagi dengan bumbu pornografi itu sudah seharusnya masuk ranah hukum. Tapi ya sudahlah, karena mungkin pelakunya adalah "hanya" tukang sate yang harus menghidupi keluarganya yang miskin maka simpati dari para Jokowi Haters punya alasan yang kuat untuk terpaksa dibenarkan. Ditambah lagi sang ibunda pelaku sudah mengajukan permohonan maaf sambil menangis dan siap sembah sujud di kaki Sang Presiden. Ajaib! Adegan ini memang mampu membuat para Jokowi Haters termehek-mehek seperti menonton drama sedih Korea.

Sekali lagi dunia perpolitikan di Indonesia tidak jarang menunjukkan dramatisasi suatu momen yang membuat publik tidak habis untuk geleng-geleng kepala. Dari aksi membalikkan meja di gedung DPR hingga aksi tukang sate yang menjadi editor foto dadakan.

Karena kejadian ini, maka saya jadi memperoleh inspirasi bahwa di tengah kesulitan mencari modal usaha, ada alternatif lain yang mungkin bisa menjadi jalan keluar. Jadilah editor foto porno! Lho bukannya pornografi itu dilarang keras di negeri ini?? Sekarang tidak lagi masbro.. Bahkan kader-kader PKS sendiri yang terkenal sangat "Islami" menyebutkan bahwa peristiwa ini biasa saja dan jangan dibesar-besarkan. Mungkin para pembaca Kompasiana ada yang tertarik mencoba? Tapi ingat ya resiko ditanggung sendiri dan saya tidak mau ikut bertanggung jawab. Hehehehe..
Salam Tiga Jari untuk kawan-kawan semua!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline