Lihat ke Halaman Asli

Andreas Maurenis Putra

Nian Tana (Sikka)

Membumikan Pancasila

Diperbarui: 29 Januari 2021   18:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia besar bukan hanya dalam angka-angka statistik seperti jumlah penduduk atau luas negara atau memiliki pantai terpanjang di dunia dan seterusnya. Tetapi ia juga besar dalam skala dan jumlah permasalahan yang mendasar yang harus dihadapi setiap saat (Sultan Hamengku Buwono dalam Merajut Kembali Keindonesiaan Kita). 

Keragaman masalah elementer mengepung dari berbagai sisi. Kebhinekaan yang ika dalam tubuh Indonesia, goyah. Meski demikian ia tidak luruh. Paradoksal berindonesia meluber. 

Beriringan dengan ribuan kata sepakat pengukuhan integritas kebangsaan, spirit separatisme perlahan mengintai. Sewaktu-waktu akan letup meluluh lantakkan. Tengok saja wajah Indonesia kini. Negarawan dan preman sama-sama mencari panggung. 

Dalam situasi demikian, komitmen meredefinisi Pancasila sebagai kiblat kebangsaan perlu segera diakuisisi. Kompleksitas bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia perlu dianalisis dalam sudut pandang falsafah sebagai pedoman dasar. 

Pancasila sebagai perspektif dan landasan berindonesia mesti segera dipublikasikan kembali. Demi menjadi sebuah fakta yang menjamin. Sebagai sebuah ideologi terbuka yang memungkinkan tumbuhnya nilai-nilai baru, Pancasila perlu disegarkan untuk menjadi a living ideology dalam menjawab tantangan masa depan. 

Artinya, Pancasila perlu selalu diafirmasi sebagai filosofi bangsa yang "dibumikan" bukan dipajang di sudut ruangan dalam bentuk pigura, sembari tak lupa memberi penafsiran kritis seturut konteks zaman. 

Sebagai falsafah yang hidup dan untuk hidup bernegara tentu lahirnya Pancasila turut memberi arti signifikan sivilisasi Indonesia. Pancasila lahir karena kuatnya harapan akan kebersatuan dalam tubuh bernama Indonesia. Ada rasa kemanunggalan yang kuat meskipun hidup dalam realitas kebhinekaan. Alasan inilah membuat Pancasila tidak menjadi sekadar rumusan untuk dihafal melainkan wajib dijiwai. 

Butir-butir yang terkandung di dalamnya merupakan asa menumbuhkan gairah ber-Indonesia yang harmonis, selaras dan seimbang. Membumikan kembali Pancasila ke ruang publik merupakan langkah tepat untuk menyadarkan hasrat berindonesia di tengah polemik bangsa yang kian akut lantaran aneka kepentingan pribadi dan kelompok.

Panca-sila tidak hanya dipromosikan ulang tetapi lebih daripada itu, dikukuhkan ke tempat sentral sebagai pusat nilai dan sumber acuan untuk berperilaku. Pancasila harus tetap menjadi kiblat dalam bermasyarakat dan berbangsa. 

Bertahannya Pancasila di tengah kontroversi perubahan sosial, perubahan konstitusi dalam tubuh Indonesia, beragam ancaman pada persatuan dan kesatuan bangsa sejak zaman para founding fathers mengafirmasi bahwa Pancasila merupakan alternatif tepat dalam mempertahankan keindonesian. 

Hingga titik ini. Namun di samping itu, penjelasan secara holistis-koheren terhadap kelima sila yang termaktub di dalamnya adalah mendesak.  Ini dimaksudkan agar setiap insan bangsa paham definisi pengukuhan bernegara yang telah digerakkan oleh kelima sila tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline