Lihat ke Halaman Asli

ANDREAS SUPRONO

Menyukai Pendidikan, Sains dan Teknologi

Indahnya sebuah Pernikahan

Diperbarui: 30 Juni 2024   23:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Koleksi pribadi

Hari ini tadi kumerasa bahagia. Bahagia menyaksikan sahabat saya menikah. Indahnya sebuah pernikahan. Rasanya sampai di hati, antara haru, bahagia, dan gembira. So beautiful.

Padahal hanya melihat lho. Melihat artinya menyaksikan saja. Apa ya yang kira kira dirasakan oleh yang mengalami? Harapan di hati kecil saya adalah sama seperti apa yang saya rasakan tersebut. Karena memang rasa itu to yang dituju dan dicari untuk orang orang yang mau menikah?

Tapi tentu saja, tidak mengabaikan yang lain lainnya, bahwa orang menikah memang punya motivasi yang macam macam, dan kemungkinan tidak selalu sama satu dengan yang lain. It's Oke, bahwa itu adalah hak dari setiap orang. Mau punya motivasi seperti apa kek terserah. Tapi bahwa hari ini kumerasa bahagia, cukup menyaksikan saja, terjadi.

Dari pemberkatan pernikahan, resepsi, dan sampai rumah kembali, ganti perasaan lega yang saya rasakan. Lega bahwa hal itu, pernikahan, telah selesai dilakukan. Dan akhirnya dilakukan. Saya membayangkan, jelas bayangan yang indah, bahwa hidup sahabat saya akan tidak sama lagi dengan sekarang ini, dan tentu saja berubah menjadi jauh lebih indah, dan semoga begitu.

Menurut saya pernikahan adalah merupakan anugerah. Anugerah dan misteri. Yang diberikan oleh yang maha kuasa. Rasa yang muncul, adalah anugerah. Efek yang ditimbulkan, merupakan anugerah. Apa yang terpengaruh di sekitarnya, merupakan anugerah. Anugerah yang pada hakekatnya adalah indah semata. Tidak ada yang lain.

Namun tidak dipungkiri juga, bahwa kadang dengan pernikahan menimbulkan kesengsaraan, bahkan tekanan batin dan tidak sedikit pula untuk memilih berpisah, dan ketika berpisah selalu rumusan kalimat ini yang keluar; "ini adalah jalan / keputusan yang paling baik". Ehem. Gimana ini?

Mari berhenti sebentar, ambil nafas dulu barang sebentar, dan mulai menata pikiran kembali. Menurut hemat saya, Tuhan itu tidak main main dalam mengatur dunia. Tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan. Dan dalam pernikahan, pernikahan yang suci, ada misteri di situ, yang kadang, kalau pikiran dan batin kita betul betul tidak dalam keadaan tenang dan siap, kita tidak akan mampu untuk membuka tabir misteri itu. Terus, kalimat yang muncul adalah kalimat di atas yang; "ini adalah jalan / keputusan yang paling baik", yang terjadi. Good bye....terus gerimis langit turun!

Duh, terus bersedih jadinya.

Siapa yang tidak siap nikah, dengan arti kata nikah dalam arti sesungguhnya, maka jangan nikah. Hanya cari perkara saja. Moga moga kata kata singkat saya ini langsung bisa menerangkan segalanya ya. Syarat nikah itu bisa dihitung dan dicari di sana sini, dan akhirnya beres, kemudian bisa menikah. Tapi syarat 'sesungguhnya' nikah itu juga bisa dihitung, karena hanya satu, dan tidak usah dicari kemana mana, karena jumlahnya sekali lagi hanya satu dan ternyata syaratnya itu sudah disiapkan secara otomatis, dan tinggal diambil. Di mana ngambilnya? Namanya di 'hati'.

Jauh masuk ke dalam hati sanalah ada sesuatu yang spesial, yang bisa ditemukan. Duh, indahnya. Maka sesuatu yang diawali dengan indah, masak akan berakhir tidak indah? Berarti, kalau berakhir dengan tidak indah, bisa dipertanyakan awalnya nih, benarkah berawal dengan indah?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline