Siapakah yang masih ingat, ketika menjelang bulan April, ada satu hari khusus dan istimewa? Ya, betul, Hari kartini. 21 April! Ingat apa yang hampir selalu dilakukan, khususnya anak anak sekolah? Ya, betul, menggunakan pakaian adat Jawa. Mulai dari taman kanak kanak hingga SMA, terlihat cantik cantik dan ganteng ganteng, ketika anak anak menggunakan pakaian adat tersebut. Waduh...jadi full nostalgia. Asek betul. Salon salon pada buka dari pagi, anak anak ribet menarik narik ibunya untuk sewa kostum, bangun pagi "uthuk-uthuk" untuk ke salon. Pun begitu, berangkatnya juga ribet, mana harus nyewa mobil, anter si ini, anter si itu....wis...pokoke ribet! Tapi...asek...!
Lho...Kartini-nya mana? Kok malah yang diurusi urusan pakaian. Eit....tunggu dulu. Ada nih kelanjutannya. Pada hari H nya, banyak acara acara yang bertema Kartinian, macem-macem, ada seminar, lomba-lomba, bakti sosial, bedah buku, dan lain lainnya, komplit. Di dalam acara dimasukkan pesan pesan kartini, yang jelas tentang emansipasi, tema utamanya. Pokoknya mantap abis!
Menyangkut emansipasi, pada jaman ini, sekarang ini, apakah masih relevan? Ataukah hanya sebatas kenang kenangan, nostalgia, cerita jaman dulu, sejarah yang "hanya" untuk diingat ingat kembali? Ataukah memang masih handal untuk dipakai sebagai senjata budaya manusia memanusiakan diri mereka sendiri? Masih perlukah?
Pada jamannya Kartini, jaman dulu, dari segi gender, laki-laki dan perempuan, memang tidak sama dalam hal macam macam, termasuk peluang kesempatan mendapatkan sesuatu, bertindak tanduk, yang pada intinya hak antara laki laki dan perempuan berbeda. Tidak sama. Kartini walaupun seorang bangsawan, anak seorang pejabat, dan hidup di jaman penjajahan Belanda, mengalami ketidak adilan ini. Dan ia rasakan betul sehingga ada beberapa action "pemberontakannya". Dan dari pesan "pemberontakannya" inilah emansipasi lahir dan menjadi roh yang menyegarkan pandangan baru mengenai hak laki laki dan perempuan. Habis Gelap Terbitlah Terang.
Nah, sekarang, jaman ini, kalau kita lihat bersama, apakah memang betul betul sudah terang benderang, alias gelapnya sudah betul betul hilang, alias juga sudah Terbitlah Terang yang bener bener beneran....? Apakah memang sudah demikian?
Kalau kita cermati secara umum, hak perempuan dan laki laki jaman ini sudah cukup berbeda dengan di saat jamannya Kartini dulu. Sudah sangat berbeda. Dari segi mendapatkan pekerjaan, dari segi bertindak tanduk, dari segi memperoleh hak hak tertentu, sangat jauh berbeda dibanding jaman Kartini tersebut. Nah...dah terbit nih Terangnya! Eit...nanti dulu.
Setiap jaman membawa cirinya masing masing. Kartini hidup di jaman penjajahan Belanda, akhir tahun 1800 -- an, awal tahun 1900-an. Nah sekarang akhir 1900 -- an, awal 2000 -- an. Selisih 100 an tahun. Ciri jaman sekarang adalah membeludaknya kemajuan teknologi dan macam macam sebagai identitas sebuah peradaban modern. HP, bahkan satu orang tidak hanya cukup memiliki satu, belum lagi beragamnya jenis dan bentuk bentuk hiburan yang dikemas dalam bentuk kemajuan teknologi. Alat transportasi, motor, mobil, pesawat terbang, kapal laut, kereta api, luar biasa canggihnya. Belum lagi bicara mengenai ruang angkasa, belum lagi bicara ke tingkat sub atom, belum lagi bicara rekasaya energi alternatif, dan lain lain yang...wow...sungguh luar biasa!
Tidak dipungkiri, dengan hadirnya kemajuan teknologi tersebut pekerjaan pekerjaan tambah ringan, hidup menjadi mudah dan menarik, harapan harapan baru tumbuh, ilmu -- Ilmu baru bermunculan, inovasi inovasi sungguh mencengangkan mata. Di sisi lain, budaya, kebiasaan kebiasaan kita menyesuaikan atau terpengaruh oleh kemajuan teknologi tersebut. Yang dulunya harus berkirim surat, sekarang tinggal WA saja. Dulu perlu berhari hari jalan dari Jogja ke Jakarta, sekarang cukup 1 jam saja.
Namanya kebiasaan, ada yang positif, ada juga yang negatif. Contohnya dalam penggunaan HP. Sudah bijaksanakah kita? Dalam menggunakan motor kita di jalan raya, sudah bijaksanakah kita? Dalam mematuhi rambu rambu jalan raya, sudah bijaksanakah kita? Dalam menggunakan gaji keuangan kita. Sudah bijaksanakah kita? Dalam segala hal kebiasaan kita, sudah bijaksanakah kita?
Jaman Kartini dulu, yang dipingit betul betul tidak hanya pikiran dan hati, namun benar benar secara fisiknya. Dipingit jaman dulu dimaksudkan untuk mengkondisikan calon pengantin untuk mempersiapkan hari H perkawinannya, ditahan di rumah, tidak boleh keluar keluar. Nah, di jaman sekarang, ketika kita terlena main HP hingga lupa waktu, lupa menyuapi anak kita, lupa ada PR dari sekolah, lupa ada kegiatan gotong royong di lingkungan, kita jadinya benar benar terkurung di kegiatan yang kita ciptakan sendiri oleh kita sendiri, tidak bisa keluar baik secara fisik kita maupun batin dan pikiran kita.