Lihat ke Halaman Asli

Andreas Neke

Pegiat media sosial

Leo Tolstoy: Hidup adalah Tentang Cinta

Diperbarui: 4 Desember 2024   10:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTAe4dVDSB_Eaz3yiuOoqTzS4CGL7haQ2b6gg&s

Lyev Nikolayevich Tolstoy atau Leo Tolstoy adalah penulis besar dan pecinta kaum Papa. Ia  lahir di Yasnaya, Tula, Rusia pada tanggal 28 Agustus 1828 dari sebuah keluarga ningrat.  Orang tuanya meninggal sejak dia berusia 9 tahun sehingga ia diasuh oleh bibinya. Tolstoy tidak menjadi angkuh dan ingin dihormati karena status keningratannya, sebaliknya ia dikenal sebagai filsuf moral dan reformator sosial.

Tolstoy kuliah di Universitas of Kazan pada usia 16 tahun. Dia belajar bahasa dan hukum, namun karena bosan ia keluar dari sekolah itu. Latar belakang pendidikan hukum membuat Tolstoy mengerti praktek- praktek kehidupan yang menyimpang.

Tolstoy masuk ketentaraan pada tahun 1851 dan ikut dalam perang Krim. Dia keluar dari ketentaraan pada tahun 1855 kemudian mengembangkan kemampuannya di bidang sastra di St. Petersburg. Melalui minat dan bakatnya yang besar dalam penulisan, Tolstoy menyampaikan keluhan-keluhan kaum tertindas dalam karya-karyanya.

Dalam tulisannya tampak jelas ungkapan-ungkapannya mengenai prinsip kekristenan secara mendalam. Novel pertamanya yang berbentuk autobiografi yaitu "Childhood, Boyhood, dan Youth" menceritakan tentang anak seorang tuan tanah kaya yang perlahan menyadari perbedaan antara dirinya dengan teman-temannya yang berasal dari golongan petani.

Dia sangat mencintai orang papa dan bersedia hidup di tengah mereka. Dia bahkan rela membebaskan orang yang bisa ia jadikan sapi perah demi kasihnya pada mereka, tetapi para budak yang ia bebaskan itu justru tetap tinggal bersamanya.

Orang-orang papa ini hidup bersama dengan cara swadaya dalam ladang pertaniannya yang luas. Dia membentuk sekolah untuk anak-anak petani di daerahnya. Ketika sekolah ini akhirnya berhenti, ia lalu berkeliling Eropa Barat. 

Dalam pengembaraannya, ia dipenuhi rasa muak atas peradaban barat dan materialisme dalam kehidupan masyarakat borjuis Eropa. Seluruh pengalamannya itu dituangkan dalam karyanya yang bernada getir, yaitu "Luzern" (1857).

Tahun 1862 Tolstoy menikahi Sophia Andreyevna Bers. Sophia Andreyevna Bers adalah seorang gadis muda terpelajar dan memberinya 13 orang anak. Namun pernikahannya tidak bahagia, karena kejujuran dan perbedaan konsep tentang tugas istri. Selama awal perkawinan ini ia menulis "The Cossacks" dan mahakaryanya "War and Peace" (1862-1869).

Pada tahun 1867 ia menulis "Anna Karenina". Meski "War and Peace" sering disebut sebagai novel hebat, Tolstoy hanya menganggap "Anna Karenina" yang benar-benar novel, karena sebagai sastrawan realis, ia menganggap bahwa sebuah novel harus dapat berfungsi sebagai potret refleksi kenyataan yang terjadi pada kehidupan sosial dan politik masyarakat secara luas.

Pada umur 50 tahun, Tolstoy yang sejak muda banyak bergumul dengan pertanyaan -pertanyaan seputar hidup dan masyarakat sekitarnya, ditambah dengan krisis paruh baya dan depresi yang dialaminya, pada akhirnya dia menemukan jawaban dalam kekristenan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline