Lihat ke Halaman Asli

Andreas Neke

Pegiat media sosial

Indonesia: Negeri Banyak Drama

Diperbarui: 19 Oktober 2024   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

httpsencrypted-tbn0.gstatic.comimagesq=tbnANd9GcT4aOMuQ8MAEs8cEVnJUO2NB2I-o3df9sPuPg&s

Pada kesempatan ini, saya akan menyoroti secara khusus tentang tiga negara Asia yaitu Korea Selatan, Jepang, dan Indonesia. Sorotan ini dibuat berdasarkan beberapa informasi yang saya baca tentang dunia hiburan dan kehidupan sosial dari ketiga negara ini .

Disebutkan bahwa negara Korea Selatan banyak memproduksi  Film Romantis karena tingginya angka kekerasan rumah tangga, kekerasan seksual, dan perceraian yang terjadi di negara tersebut. Ini adalah fakta bahwa laki-laki di Korea Selatan Selatan sering kali melakukan kekerasan kepada pasangannya. Artinya bahwa mayoritas korbannya adalah perempuan.

Kita beralih ke negara Jepang. Jepang  banyak menghasilkan Film Porno karena rendahnya keinginan orang Jepang untuk bercinta dengan pasangannya, yang berakibat pada rendahnya angka kelahiran, sehingga berdampak pada tingginya usia lansia dibandingkan dengan angka kelahiran baru di sana, bahkan sejumlah kota tercatat zero growth atau nol kelahiran baru.

Berbeda dengan Korea Selatan dan Jepang, Indonesia adalah negara yang banyak menghasilkan Sinetron, yang secara perlahan mulai ditinggalkan karena tema atau alur yang membosankan serta cerita-cerita usang dan cenderung berulang.

Lebih dari itu, Indonesia terbilang istimewa dibandingkan dengan Korea Selatan dan Jepang. Keistimewaannya bahwa penikmat utama Film Romantis yang diproduksi di Korea dan Film Porno yang diproduksi di Jepang adalah orang-orang Indonesia.

Ahli teori film Italia, Ricciotto Canudo, mengklaim bahwa seni memiliki pengaruh signifikan terhadap kehidupan manusia. Film dapat menjadi cara yang efektif untuk mengubah sikap orang dan pandangan mereka terhadap kehidupan. Film yang baik atau buruk hampir selalu memiliki pengaruh pada penonton. Film memengaruhi orang dan masyarakat tempat kita tinggal baik secara positif maupun negatif.

Gagasan Ricciotto Canudo ternyata benar. Kita tidak dapat menutup mata terhadap maraknya kasus-kasus kekerasan rumah tangga, kekerasan seksual, pemerkosaan, pembunuhan gadis di bawah umur, perselingkuhan rekan kerja dan tetangga, dan pencabulan yang semakin marak dan lebih sering terjadi.

Tidak hanya itu saja. Ini juga dapat memberikan gambaran mengapa di negara ini banyak drama dalam kehidupan nyata antara lain drama penjilat dan pengkhianatan serta drama dengki dan kesombongan, dan lain-lain. Drama-drama ini terjadi dalam kehidupan rumah tangga dan hidup bertetangga,  juga di kantor dan lingkungan kerja.

Semuanya telah memberikan gambaran yang teramat jelas tentang beragam "drama" kehidupan yang kerap terjadi di negara ini. Bahkan dalam  skala yang lebih besar bisa juga terjadi drama politik antara pemimpin kepada warganya atau bahkan pemimpin-pemimpin religius kepada umat/jemaatnya.

Jika secara faktual demikianlah kenyataannya, kiranya membutuhkan pemikiran ekstra dan cara bertindak yang super canggih untuk mengembalikan cara berpikir dan berperilaku yang benar seturut nilai-nilai luhur yang dijunjung bangsa ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline