Lihat ke Halaman Asli

Andreas Neke

Pegiat media sosial

Terlihat Keren di Media Sosial

Diperbarui: 9 Oktober 2024   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Wiki How

Tak dapat dipungkiri bahwa kita sedang hidup dalam maraknya arus perkembangan media sosial dengan berbagai platformnya seperti Twitter, Facebook, Instagram, WhatsApp, Tik Tok,You Tube, LinkedIn, dan lain-lain. Berhadapan dengan kenyataan ini membuat kebanyakan orang mau selalu terlihat eksis untuk menunjukan eksistensinya.

Ini tidak salah, mengingat semua menjadi sarana untuk pengaktualisasian diri. Sebagai sarana untuk mengaktualisasikan diri tepat kalau orang berlomba-lomba untuk memposting beragam aktivitas pribadi maupun bersama orang lain.

Sekali lagi ini tidak ada salahnya. Tetapi menjadi salah manakala supaya terlihat eksis dan trendy kemudian membuat seseorang memaksakan diri dan mengkondisikan diri dan situasi menjadi seolah-seolah demikianlah kenyataannya, tetapi yang sesungguhnya justru berbanding terbalik dengan kenyataan faktual.

Kondisi memaksakan diri supaya terlihat trendy dan berada membuat seseorang tidak menampilkan diri apa adanya. Ini kemudian membuat seseorang membeli barang untuk menjawab kebutuhan konten, memaksakan diri untuk traveling padahal tidak membutuhkannya, atau jalan-jalan hanya untuk terlihat happy dan keren di media sosial.

Kalau pada kenyataannya memang demikian yang sesungguhnya karena memang berada, kiranya tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah hanya untuk menjawab tuntutan eksis di media sosial kemudian membuat seseorang terlibat pinjaman online atau membeli untuk membayarnya kemudian alias paylater.

Ini berarti memberatkan diri untuk hal yang sebenarnya tidak perlu atau bukan merupakan kebutuhan. Dan bersamaan dengan itu berarti mengada-mengada atau menciptakan suatu kondisi yang sebenarnya tidak nyata alias kehidupan yang palsu.

Kenyataan ini sejatinya mengajarkan kita bahwa hidup kita bukan untuk menyenangkan atau membahagiakan orang lain di media sosial. Hidup kita yang sesungguhnya adalah untuk membahagiakan diri, selebihnya orang lain akan menjadi bahagia kalau diri kita sudah bahagia.

Lebih dari itu, hidup yang sesungguhnya adalah hidup dalam kondisi yang real, sesuai dengan kenyataan diri masing-masing. Hidup tidak perlu memaksakan diri agar terlihat trendy dan eksis, tetapi hidup sesuai dengan kemampuan diri masing-masing.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline