Lihat ke Halaman Asli

Andreas Neke

Pegiat media sosial

Hidup Layaknya Cuaca

Diperbarui: 2 September 2024   20:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR83juhK10lJS8icwpmvpGCrOEuMwjkiOa-8g&s

Cuaca merupakan keadaan udara di atmosfer yang terjadi pada waktu serta tempat tertentu dan juga sifatnya tidak menentu serta berubah-ubah.

Istilah cuaca pada dasarnya mengacu pada kondisi sementara atmosfer, di mana lapisan udara kemudian mengelilingi planet bumi. Cuaca mencakup periode waktu tertentu yang menunjukkan gambaran fenomena yang khas seperti serangkaian badai petir di musim panas, bulan berkabut di musim gugur, ataupun kondisi cuaca lainnya.

Adapun unsur-unsur yang membentuk cuaca adalah radiasi matahari, suhu dan tekanan udara, kelembapan udara, awan, hujan, dan angin.

Lebih lanjut masih ada cuaca ekstrim yang menyebabkan bencana alam, mengubah tatanan sosial dan kematian. Ini biasanya terjadi dalam hitungan detik, jam, atau hitungan hari.

Demikian pula dengan kehidupan manusia. Kehidupan manusia layaknya cuaca. Hidup kita bisa dipengaruhi banyak faktor seperti keadaan diri sendiri dan situasi sosial tertentu. Dan bahkan kitapun bisa saja mengalami situasi kehidupan yang ekstrim layaknya cuaca.

Hidup kita mengalami naik dan turun, suka dan duka. Dan pada kenyataannya, peristiwa "turun" dan duka biasanya menghabiskan banyak waktu dan energi, sehingga kita lupa akan situasi "naik" dan peristiwa suka dalam hidup kita.

Bahkan ada situasi dalam mana kita memiliki kecenderungan membesar-besarkan situasi "turun" dan duka, sehingga kita lupa akan situasi gembira yang sudah kita alami.

Pemahaman tentang alam dan cuaca mengajarkan kita bahwa hidup kita layaknya cuaca. Sebuah kesadaran harus lahir dari dalam diri kita bahwa semua peristiwa "turun" dan duka bersifat sementara, serentak pula mengajarkan kita untuk tidak lupa bersyukur akan situasi "naik" dan suka dalam hidup kita.

Lebih lanjut kita mestinya belajar bahwa tidak ada sesuatu di bawah kolong langit ini yang bersifat tetap. Semuanya bisa berubah. Semuanya bisa sirna dan lenyap. Ini mengajarkan kita bahwa tidak ada duka dan kemalangan yang statis, dan tidak ada pula kegembiraan dan sukacita yang statis.

Mengakhiri tulisan ini saya mengutip Bob Garon dalam bukunya yang berjudul Facing Life's Problems, "Aku sekarang bisa mengumpamakan bahwa hidup ini ibarat cuaca. Ada malam gelap dan ada siang cerah. Kegelapan membantu saya untuk menghargai sinar terang. Ada sinar matahari dan ada hujan. Terlalu banyak sinar membuat bumi kering, pohon layu dan mati. Hujan dibutuhkan untuk membuat orang tumbuh dalam kebijaksanaan dan dalam kepribadian. Ada waktu tenang dan waktu badai. Waktu tenang memungkinkan orang untuk membangun, sedangkan badai menguji apa yang telah dibangun. Kalau aku mendapat serangan badai, aku bertindak seperti seorang pelaut. Aku pergi menantang badai dan berusaha untuk bertahan dengan penuh harapan, karena aku tahu angin ribut pada waktunya akan berhenti".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline