Lihat ke Halaman Asli

Andreas Neke

Pegiat media sosial

Mengosongkan "Gelas"

Diperbarui: 21 Agustus 2024   07:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://alakhabdulaziz.blogspot.com/2014/02/seperti-gelas-kosong.html

Ketika masih menjalani masa pendidikan , kurang lebih tahun 2002/2003, ada satu nasihat yang diberikan oleh seorang pastor yang berasal dari Jerman. Saya ingat kata-katanya kurang lebih demikian, "Untuk menjadi pribadi yang berpengetahuan, lebih baik, maju, dan terus berkembang, penting untuk selalu membuka diri agar diisi oleh dan dengan pengetahuan baru, layaknya sebuah gelas yang selalu terbuka untuk menerima air bersih. Tetapi sebaliknya, jika kita menutup diri maka pengetahuan, kebaikan, dan kemajuan tidak akan pernah kita peroleh dalam hidup".

Kata-kata itu selalu membekas dalam ingatan sehingga menjadi acuan agar selalu terbuka dalam perjumpaan dengan orang lain. Dalam setiap perjumpaan menjadi penting untuk mendengarkan orang lain, karena dalam mendengarkan akan selalu terdapat pengetahuan baru dari orang lain.

Pada saat yang sama, perasaan "kurang" juga merupakan hal penting dalam setiap perjumpaan. Bila pada kenyataan hal sebaliknya yang terjadi, penolakan dan sikap menutup diri pasti akan terjadi. Ini dapat terjadi karena merasa diri sudah tahu atau lebih tahu dari orang lain.

Ini menjadi penting dalam hidup pribadi dan kebersamaan dengan orang lain. Demikian teramat penting juga dalam relasi bersama rekan kerja. Bila seorang rekan kerja merasa diri paling penting dan lebih tahu dari orang lain, yang akan terjadi adalah kemunduran dan bahkan kehancuran.

Kemajuan dan perkembangan yang lebih baik akan terjadi jika tiap-tiap orang selalu merasa kurang dan selalu ingin menambah pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh dalam perjumpaan dan kesediaan untuk mendengarkan orang lain.

Mengosongkan gelas setiap bertemu orang lain merupakan hal penting yang perlu diterapkan dalam setiap perjumpaan dengan orang lain. Saya kira tidak akan pernah ada ruginya untuk mendengarkan sudat pandang orang lain. Posisi boleh saja sama, tetapi pengetahuan dan pengalaman pasti berbeda. Oleh karena itu jangan pernah merasa paling hebat dari siapa pun, karena selalu ada pengetahuan baru yang bisa kita peroleh dari sikap dan tindakan "mengosongkan gelas".




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline