Prolog
Kebersamaan dalam beragam bentuk membutuhkan seorang pemimpin (leaders). Pemimpin sangatlah menentukan gerak dan tata laku para anggota kelompok. Atau dengan perkataan lain, wajah kelompok sangat ditentukan oleh siapakah yang memimpin dan bagaimana kepemimpinanya. Pemimpin yang serakah dan semau gue akan mempengaruhi anggotanya, sehingga merekapun menjadi person-person yang serakah dan mau berbuat sesuka hatinya saja.
Sebaliknya bila pemimpin adalah seorang yang santun, bertanggung jawab, berdedikasi, dan memiliki keselarasan antara kata dan perbuatan, dengan sendirinya akan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan para anggotanya. Demikianlah kita mengerti bahwa pola pikir, cara bicara, dan tindakan seorang pemimpin akan mempengaruhi juga anggota yang dipimpinnya. Tulisan ini akan memberi gambaran tentang pemimpin menurut gagasan tradisional (masyarakat Bajawa) dan gagasan modern.
Pemimpin (Mosa) dalam Masyarakat Bajawa
Masyarakat Bajawa memiliki bentuk paguyuban yang disebut klan (woe). Woe dikaitkan dengan kegiatan kaum perempuan dalam menyatukan beberapa gelondong benang menjadi selembar kain. Satu gelondong benang ini kemudian menjadi sebutan bagi satu kelompok manusia yang seketurunan. Manusia yang seketurunan ini diibaratkan dengan benang yang berasal dari kapas. Dan, woe dalam masyarakat Bajawa merupakan kesatuan manusia seketurunan yang berdasarkan geneologis.
Klan (woe) berbeda dengan kampung yang kesatuannya berdasarkan tempat pemukiman belaka. Woe memiliki wilayah, kedaulatan organisasi, dan kepemimpinan yang berbeda. Dengannya kita dapat memahami bahwa masyarakat Bajawa memiliki banyak woe dengan otonomi penuh atas wilayah, pemimpin, tata tertib, dan anggota.
Dari awalnya masyarakat Bajawa telah mengenal pemimpin (mosa). Hal ini terang bila kita menyelusuri ajaran pokok masyarakat Bajawa (su'i uwi). Walaupun ajaran pokok ini tidak secara eksplisit menyebut nama pemimpin, toh akan ditemukan pemimpin-pemimpin yang membuat perahu, memimpin perjalanan, dan mengarungi lautan menuju tujuan yang tepat.
Yang jelas bahwa ada mosa yang disebut mosa ana koda (nahkoda) yang memimpin pelayaran, dan mosa keso uli tange dala (juru mudi) yang mengemudikan perahu berdasarkan sinar bintang yang menunjukkan arah pelayaran. Kedua sebutan mosa di atas menunjuk pemimpin/pendamping yang mempunyai pendirian, berani mengambil keputusan yang baik dan tepat serta tahu mengatur berlayarnya perahu/kapal. Dengan demikian kita boleh menyimpulkan bahwa mosa adalah pemimpin klan (woe) dalam masyarakat Bajawa.
Secara etimologis, kata mosa terdiri dari dua suku kata yakni mo (menahan) dan sa (menyatakan/memaklumkan). Dari etimologi ini, kita memahami bahwa mosa adalah dia yang menahan sesuatu sebelum menyatakan/memaklumkannya. Menahan di sini dapat berarti mempertimbangkan dengan cermat dan menilai dengan bijaksana. Sedangkan menyatakan/memaklumkan berarti menyampaikan sesuatu yang merupakan hasil pertimbangan yang dimaksud.
Dalam konteks yang lebih umum, mosa adalah orang yang mengatur, memimpin, dan mempertahankan pernyataan-pernyataan yang bermanfaat bagi masyarakat. Karena fungsi sosialnya, mosa juga merupakan sebutan dan panggilan kehormatan bagi seorang pemimpin.
Di atas kita telah menyebut mosa keso uli ana koda. Mereka ini termasuk mosa dalam arti yang sebenarnya. Merekalah pemimpin klan (woe). Mereka memegang kemudi. Mereka mengemudi dan menata hidup masyarakat. Mereka adalah pemimpin yang mengarahkan agar tercapainya tujuan bersama. Dan mereka juga adalah pemimpin-pemimpin utama yang bijaksana dalam mengatur dan menata kebersamaan.