Lihat ke Halaman Asli

Andreas Neke

Pegiat media sosial

Memaknai Pesta Reba/Makna Fundamental Pesta Reba

Diperbarui: 1 Juni 2024   19:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Tarian pada Pesta Reba. Dok. Pribadi.

Bajawa merupakan salah satu kota yang berada di wilayah Kabupaten Ngada. Di wilayah ini hiduplah masyarakat budaya Reba yang biasa menghidupi dan menghayati budaya Reba. Masyarakat dengan budaya ini meliputi wilayah hukum adat Mangulewa, Jerebuu, Ngada Bawa, Wogo, Gisi, Wolokuru, Doka, Aimere, dan Naru.


Beberapa wilayah hukum adat di atas telah merayakan pesta Reba. Beberapa wilayah hukum adat lainnya sedang, dan beberapanya lagi akan merayakannya. Pelaksanaan pesta Reba sangat bergantung pada kalender masyarakat budaya Reba yang biasa menyebutnya dengan wula (bulan). Berdasar pada kalender tersebut pelaksanaan pesta Reba umumnya akan berlangsung sejak bulan Desember sampai bulan Maret.


Masyarakat budaya Reba memiliki ajaran pokok kehidupan yang biasanya disebut dengan Su'i Uwi. Su'i Uwi terdiri dari dua kata yakni su'i dan uwi. Su'i adalah aksi atau tindakan memberikan benih dan membuahi. Darinya kemudian dipahami bahwa su'i adalah sumber dan pokok berdaya cipta yang memberikan keturunan dan kehidupan baru.


Secara praktis akan lebih mudah dipahami bila dianalogikan dengan seekor pejantan (babi) yang digunakan untuk menjantani seekor babi betina yang pada akhirnya akan menghasilkan keturunan. Sebutan su'i biasanya melekat pada seekor babi jantan yang memberikan keturunan. Analogi ini harus dipahami secara tepat karena dalam analogi biasanya ada kesamaan dan serentak dengannya mengandung banyak perbedaan.


Sedangkan uwi adalah sejenis ubi yang tumbuh menjalar. Uwi ini menjadi sumber makanan pokok yang tahan lama dan dapat bertumbuh dengan cepat. Uwi di samping sangat bernilai ekonomis karena memenuhi kebutuhan pokok, namun lebih dari itu sangat bernilai historis. Ini sangat beralasan karena Oba dan Nanga sebagai pemakarsa pengembaraan leluhur masyarakat budaya Reba membawa serta uwi (ulu uwi) dalam pengembaraan mereka.


Ini sangat membantu kita untuk memahami alasan dasar penghormatan terhadap uwi. Ini juga menjadi alasan utama mengapa masyarakat budaya Reba tidak menghormati jagung atau padi. Dua jenis tanaman ini dan tanaman lainnya ternyata ditemukan dalam pengembaraan leluhur masyarakat budaya Reba. Benih padi dari Jawa, jagung dari Bima, dan lontar dari Sumba.

Gagasan ini mengandung konsekuensi serius bagi generasi penerus budaya Reba, termasuk para penyambung sejarah masa kini, bahwa uwi harus ditanam di setiap kebun dan dipuja sebagai sumber makanan pokok leluhur pencetus budaya Reba.


Konsep yang mengemuka bahwa Su'i Uwi merupakan ajaran fundamental masyarakat budaya Reba. Ajaran ini berbentuk sajak yang senantiasa diucapkan bait demi bait pada setiap upacara Reba, karena momen ini merupakan pesta tahunan dan pesta tahun baru bagi masyarakat budaya Reba. Ajaran pokok ini mengharuskan para penerus budaya Reba untuk senantiasa mengenang dan melestarikannya dari masa ke masa.


Ajaran pokok masyarakat budaya Reba berfungsi dan berperan begitu mendasar sehingga dalam ritus Reba, ajaran ini menjadi ritus yang paling inti. Di dalamnya memuat empat hal pokok yang bertalian langsung dengan masyarakat budaya Reba itu sendiri. Keempat hal itu adalah awal mula masyarakat budaya Reba, persiapan mengarungi lautan, tempat-tempat singgahan, serta ajaran tentang etos kerja dan moralitas.


Butir pertama Su'i Uwi mengemukakan serangkaian perjalanan secara utuh yang menjadi awal mula masyarakat budaya Reba. Su'i Uwi mengetengahkan bahwa mereka berasal dari tempat yang tak bernama atau tempat yang gelap gulita (pu'u zili giu gema). Dari sana terbitlah terang yang menuntun mereka sehingga dapat menerobos hutan belantara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline