Lihat ke Halaman Asli

Andreas Neke

Pegiat media sosial

Kekalahan dan Kemenangan PDIP pada Pemilu 2024

Diperbarui: 9 Maret 2024   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.rakyatpos.id/2024/01/publik-menunggu-ketegasan-megawati-untuk-memecat-jokowi.htmlInput sumber gambar

KEKALAHAN DAN KEMENANGAN PDIP PADA PEMILU 2024

Andreas Neke

Pengamat Sosial-Politik, Tinggal di Bajawa, Flores, NTT

Terlepas dari hasil Pemilu 2024 yang masih menjadi polemik karena mengindikasikan kecurangan pelaksanaannya, namun secara faktual proses penghitungan sudah dilakukan terhadap 642.976 TPS dari 823.236 TPS. Dilansir dari Bisnis.com, hasil real count menunjukkan bahwa Paslon Capres-Cawapres nomor urut 01, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar berada di posisi kedua dengan perolehan suara 31.376.418 atau 24.49%.

Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memimpin dengan perolehan 75.361.187 suara atau 58.82%. Sementara itu Paslon Capres-Cawapres 03, Ganjar Pranowo-Mahhfud MD, masih ada di posisi ketiga dengan perolehan suara 21.374.457 dengan presentase 16.68% (Bisnis.com, "Update Hasil Real Count Pilpres 2024, Rabu 6 Maret: Anies-Imin, Prabowo-Gibran, Ganjar-Mahfud").

Hasil ini berbanding terbalik dengan perolehan suara PDIP secara nasional. DetikJogja melansir PDIP menjadi partai dengan posisi teratas dalam Pemilu 2024. Hal ini berbeda dengan hasil Pilpres di mana pasangan Ganjar-Mahfud justru di posisi paling buncit (DetikJogja, "Suara Ganjar & PDIP Berbanding Terbalik, Pakar UGM Singgung Magnet Jokowi").

Pertanyaan mendasarnya adalah mengapa terjadi perbedaan perolehan suara PDIP dalam pemilihan Capres-Cawapres dan pemilihan calon legislatif?

Pengamat politik UGM Arya Budi dalam DetikJogja, Kamis (15/2/2024) menjelaskan pengalaman Pemilu tahun 2004 hingga 2019, bahwa Capres terpilih mengangkat partai. Contohnya seperti saat SBY dan Jokowi terpilih, keduanya mengangkat Partai Demokrat dan PDIP.

Hasil pemilu 2024 ini berbeda. Arya Budi menjelaskan ini terjadi karena adanya split ticket voting, dimana pemilih memberikan suara yang berbeda untuk partai dan Capres. Faktor lain menurut Arya Budi, yakni terkait dengan Caleg. Arya mengatakan, berdasarkan hasil penelitian yang dia lakukan di Pemilu 2014 dan 2019 suara partai banyak disumbang oleh pemilih para Caleg, sementara simpatisan atau pemilih yang memilih Caleg dari PDIP bisa jadi memilih Capres lain.

Jokowi vs Megawati Efek 

Tak dapat dipungkiri bahwa hasil Pemilu 2024 tidak lepas dari sepang terjang dua tokoh nasional yakni Jokowi dan Megawati. Ini berarti bahwa pemilu 2024 menjadi ajang pembuktian pengaruh keduanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline