Seminggu sudah waktu berlalu setelah Eli dan Gia datang menemui ku. Seminggu itu pula Eli dengan kacamata besarnya tidak hadir ke sekolah. Sebegitu besarkah rasa malu Eli akibat tulisan ku sehingga dia tak datang ke sekolah. Adakah alasan lain kealpaan Eli. Hati ku terus menggonggong untuk mencari tahu. Dia harus mengerti dan memahami serta melakukan apa yang harus dilakukannya.
Dalam langkah penuh tanya yang tak kunjung usai, berjalan aku ke ruang guru. Hari ini begitu menggerahkan. Aku membutuhkan es-es balok untuk mendinginkan tanya dalam pikiran ku dan menyejukkan hati ku. Terduduk lemas aku di ruang guru sendirian. Masih seperti biasa beberapa meja Guru berbaris rapi dengan tumpukan buku siswa di atasnya. Ku selonjorkan kaki ku untuk mencari ketenangan. Siang ini sangat membara.
Tiba-tiba datang Ibu Nitta ke ruang guru dan duduk di meja kerjanya. Ibu nitta dengan kerudung yang menutupi keningnya. Hijab besar yang menutupi tubuhnya. Warna-warni bermotif bunga. Ibu Nitta selalu terlihat modis. Tas kecil berwarna hitam itu selalu di bawanya. Dia adalah seorang muslimah yang taat, namun berpendirian tegas dan cerdas. Selintas otak ku bekerja. Aku harus bertanya pada Ibu Nitta. Dia pasti tahu keadaan Eli. Dia adalah wali kelas Eli. Langsung ku tarik kursi dan mendekati Ibu Nitta dan memulai pembicaraan:
“Bu, Kenapa Eli seminggu ini tidak sekolah?”
“Dia sedang sakit Pak. Ibu Eli sudah menelepon saya waktu itu. Maaf saya lupa tidak memberi kabar pada Bapak” Jawab Ibu Nitta sambil memeriksa tumpukan buku di mejanya.
“Oh. Apa Ibu sudah menjenguknya?” Aku mencari tahu
“Belum Pak. Beberapa hari belakangan ini saya sibuk sekali. Besok atau lusa jika Eli belum sekolah saya akan menjenguknya bersama siswa lain. Saya sendiri sudah memohon maaf pada Ibu Eli karena tidak dapat menjenguk Eli” Jawab Ibu Nitta tetap sambil mengurusi tumpukan buku itu.
“Jika Ibu sudah menjenguk Eli segera kabari saya ya Bu”
Tiba-tiba Ibu Nitta berhenti mengurusi buku-buku itu. Ibu Nitta menatap tajam ke arah mata ku. Apa ada yang salah dengan pertanyaan ku. Lama ku mengingat kejadian barusan ini. Aku jadi kikuk di buat tatapan matanya yang tajam itu. Aku sendiri pura-pura menghindar dengan mencari kesibukan melihat-lihat buku pelajaran siswa. Tiba-tiba Ibu Nitta bertanya :
“Benarkah isu yang beredar di sekolah kalau Bapak suka sama Eli?”
“Ibu bertanya setelah membaca tulisan saya atau hanya mendengar isu tersebut?” Aku memancing Ibu Nitta tentang pandangannya terhadap tulisan ku.