Pemalang, (28/09/2022) -- Petani kopi di Indonesia pada umumnya menggunakan pengeringan secara alami menggunakan bantuan cahaya matahari untuk pengeringan kopi. Dengan metode pengeringan secara tradisional seperti pengeringan di pinggir jalan, di halaman rumah petani sering dihadapkan pada kontaminasi pada hasil panen mereka, seperti air hujan, debu, sinar / cahaya ultraviolet. Akibat dari faktor tersebut 30 - 50 % hasil mereka tidak bisa mencapai nilai pasar, dan tidak memiliki nilai ekonomis.
Hal tersebut menjadi keluhan utama petani kopi dikarenakan kualitas kopi yang dihasilkan tidak terlalu baik sehingga tidak dapat bersaing dengan petani kopi yang pengolahannya lebih modern. Greenhouse Solar Dryer Dome yang merupakan inovasi pengeringan hasil pertanian yang merupakan terobosan baru guna memangkas waktu yang diperlukan untuk pengeringan yang biasanya dilakukan oleh petani.Dengan Greenhouse Solar Dryer Dome kerugian dari para petani dapat kurangi sampai dengan 45 % hal ini berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani. Kubah (Dome) berfungsi seperti rumah kaca, dengan konstruksi lembar polycarbonate, sehingga suhu di dalam kubah bisa ditingkatkan sampai dengan 100%, dibandingkan dengan suhu di luar.
Tetapi metode ini pun dirasa masih memiliki kekurangannya sendiri, petani mengeluhkan biji kopi yang dijemur menggunakan greenhouse solar dryer dome lebih mudah terjangkit jamur. Tentu saja hal tersebut menjadi kerugian yang sangat besar bagi petani kopi.
Salah satu kelompok tani yang merasakan hal tersebut adalah UMKM Kopi Cap Tugu Juang Kabupaten Pemalang. "Pengeringan biji kopi yang dilakukan pada greenhouse solar dryer dome memang lebih cepat untuk kering, namun biji kopi pada dome lebih mudah timbul jamur dibandingkan dengan biji kopi yang dijemur secara tradisional" ujar Pak Hasan selaku pemilik UMKM Kopi Cap Tugu Juang.
Berdasarkan hal tersebut Mahasiswa KKNT Universitas Diponegoro melakukan pengamatan penyebab timbulnya jamur pada biji kopi yang dikeringkan di Greenhouse Solar Dryer Dome. Ditemukan bahwa petani lokal di kabupaten Pemalang belum menerapkan sistem sirkulasi udara yang baik pada dome penjemuran biji kopi, sehingga diperlukannya kipas untuk keluar masuk dari udara . Timbulnya jamur itu sendiri diakibatkan oleh uap air yang menguap terperangkap pada dome sehingga biji kopi yang sudah kering dengan cepat menyerap kembali uap air tersebut. Hal tersebut terjadi berulangkali sehingga biji kopi akan lembab dan menimbulkan jamur.
Berangkat dari hal tersebut mahasiswa KKNT Universitas Undip mengimplementasikan penggunaan kipas blower pada greenhouse solar dryer dome. Mekanisme penggunaan kipas blower pada greenhouse solar dryer dome adalah uap air yang menguap dari biji kopi akan tersalurkan keluar dome dengan adanya kipas blower. Hal ini diharapkan dapat mencegah timbulnya jamur pada biji kopi. Penggunaan blower juga dapat membantu proses pengeringan secara merata pada biji kopi. Hal ini tentunya akan sangat menguntungkan bagi para petani, tidak hanya diuntungkan dari segi waktu dengan pengeringan biji kopi yang lebih cepat dari metode tradisional, biji kopi yang dihasilkan juga dapat menginkatkan kualitas biji kopi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H