Lihat ke Halaman Asli

Andrea Dinurul Aeni

Mahasiswi Pendidikan Sejarah

Buntut dari Perang Salib dalam Dunia Islam dan Eropa

Diperbarui: 15 Desember 2021   15:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Islam yang mengalami masa kejayaan sejak tahun 705 M. Kemajuan dalam hal ilmu pengetahuan, keberhasilan dalam melakukan perluasan wilayah yang dilakukan oleh Dinasti Abbasiyah yang turut berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan umat islam.

Keberhasilan dan bersinarnya islam pada saat itu sungguh berbanding terbalik dengan keadaan bangsa barat. Mereka mengalami masa-masa yang kelam. Islam yang disibukkan dengan mengembangkan ilmu pengetahuan dan melakukan perluasan wilayah, justru bangsa barat masih menganut prinsip hidup tentang “bekerja untuk makan besok”. Sungguh ironis sekali jika membandingkan keadaan bangsa barat dan islam pada saat itu. Islam yang sedang berada di puncak kejayaan nya sampai menganggap bahwa budaya eropa itu tidak ada. Karena eropa yang masih berada di masa kegelapan. Dalam hal ini, R.W Soutren dikutip dari Karel Stenbrink memberikan sebuah contoh perbandingan tentang keadaan bangsa eropa dan islam pada saat itu. Dia menyebutkan bahwa pada saat itu dunia islam atau timur meliputi kota-kota yang besar, pusat kerajaan yang begitu mewah, sebagai pusat ilmu dan budaya, adanya kebebasan dalam berfikir, mudah menerima kemajuan dan banyaknya perpustakaan yang ada. Sedangkan kondisi bangsa eropa saat itu masih bersifat agraris, perkembangan ilmu dan kebudayaan berpusat di pedesaan, cenderung sulit dan lambat untuk maju serta disana hampir tidak adanya buku.

Tercetusnya perang salib yang menjadikan momentum bagi bangsa eropa untuk lebih berkembang. Perang salib yang berlangsung kurang lebih dua abad lamanya. Dari beberapa sumber literatur ada yang menyebutkan bahwa perang salib terbagi dalam tiga periode. Kemudian sumber literatur yang lain menyebutkan bahwa perang ini terbagi menjadi sembilan periode. Dan disini kita akan membahas perang salib selama tiga periode. Tujuan dari perang ini adalah ingin menguasai wilayah Yerussalem dan tanah suci dari kekuatan muslim. Namun dibalik itu ternyata faktor yang menyebabkan terjadinya perang salib ini bukan hanya dari sisi agama saja. Melainkan banyak faktor lain yang mendukung, seperti faktor ekonomi, politik.

Pihak yang mendapatkan banyak keuntungan dari perang Salib yang berlangsung lama ini adalah pihak barat atau eropa. Dimana mereka selama berlangsungnya perang ini mendapatkan banyak kemajuan. Baik dalam bidang ilmu pengetahuan, budaya, militer, perekonomian, bahasa dan sastra. Bangsa barat semakin maju dan berkembang akibat adanya perang ini. Karena islam atau bangsa timur sudah sangat maju, jadi ketika perang berlangsung banyak terjadi pertukaran berbagai macam ilmu dan kebudayaan yang diserap oleh bangsa barat atau eropa pada saat itu. Namun dampak dari terjadinya perang ini juga tidak hanya dampak positif yang muncul. Ada juga dampak negatif yang timbul dari perang ini.

Ada beberapa faktor yang menjadi pendorong meletusnya perang salib ini. Banyak yang beranggapan bahwa terjadinya perang salib ini berangkat dari faktor agama. Namun sebenarnya tidak seperti itu, ada beberapa faktor selain agama yang melatar belakangi nya, diantaranya:

Hilangnya kebebasan dari umat kristiani untuk beribadah di Yerussalem. 

Kondisi ini ada akibat dari kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintahan Bani Saljuk saat sedang menguasai Yerussalem pada tahun 1076 M. umat kristiani yang begitu fanatik dan mempercayai bahwa dengan berziarah ke Makam Nabi Isa yang berlokasi di Yerussalem merupakan suatu amalan yang paling besar pahalanya. Sedangkan pada saat itu kebijakan yang dikeluarkan oleh Bani Saljuk mempersulit mereka untuk berziarah. Mereka gusar dan bersedih karena adanya kebijakan ini. Dari sinilah tumbuh semangat keagamaan serta loyalitas terhadap sesama umat kristiani untuk melakukan perlindungan dan pembelaan. Maka dari itu mereka mulai bergerak dan menuntut balas atas perampasan hak yang dilakukan oleh pemerintahan Bani Saljuk dengan kebijakan yang berlaku. Mereka melakukan pergerakan untuk merebut Baitul Maqdis dari tangan kaum Muslim.

Kota Konstantinopel yang terancam jatuh ke tangan umat Islam (Bani Saljuk)

Daerah-daerah penting yang berada disekitaran Asia sudah dikuasai oleh Bani Saljuk bahkan sudah dijadikan sebagai basis kekuatan dan pertahanan mereka. Dari kondisi itulah posisi kota Konstantinopel terancam jatuh ke tangan umat islam. Sedangkan pada saat itu Kaisar Alexius yang menjadi penguasa dari Byzantium (Konstantinopel) tidak mempunyai pilihan lain kecuali dengan meminta bantuan dari politik Keuskupan Agung yang ada di Roma.

Pihak keuskupan pada saat itu menyambut baik kerja sama dan memberikan bantuan kepada Kaisar Alexius. Karena ini demi kepentingan membela agama. Aneh nya bantuan yang diberikan oleh pihak keuskupan diawali dengan adanya propaganda perang suci ke dunia islam yang dilakukan oleh Paus Urbanus II. Jika kita telaah lebih lanjut, langkah yang diambil oleh keuskupan merupakan usaha merealisasikan ambisi politiknya dalam menguasai daerah yang telah diakui oleh Islam. Karena sejatinya kunci dari permasalahan ini adalah bani saljut yang memegang kuasa penuh atas Baitul Maqdis yang menerapkan kebijakan yang dianggap menyulitkan bagi umat Kristiani dalam melaksanakan ibadah ke sana.

Bisa ditarik kesimpulan bahwa pihak keuskupan berambisi untuk melakukan politik untuk menaklukan dunia dibawah kekuasaan gereja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline