Lihat ke Halaman Asli

FIRITRI

Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Pohon yang Diragukan Tumbuh

Diperbarui: 14 Mei 2020   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Pernah melihat pohon besar di Taman Lalu Lintas Mojosari?

Pohon di belakang saya dalam foto ini adalah pohon di Taman Lalu Lintas Mojosari. Pohon besar ini ditanam awal tahun 1992 kalau saya buka kalkulator berarti usia pohon ini 28 tahun. Dengan tinggi saat ini sekitar 20 meter, sepertinya tumbuh subur. Padahal saat menanamnya sempat diragukan untuk hidup.

Saat itu......
1992, mojosari bersiap menjadi kota Adipura. Karena Mojosari adalah Ikon Kabupaten Mojokerto. Ikon dianggap etalase kabupaten. Pada waktu itu Adipura sangat ketat penilaiannya. Perubahan demi perubahan harus signifikan. Jadi sebelum dan sesudah benar-benar dinilai.

Tidak ada manipulasi dari tim penilai. Tim penilai adipura diajak berputar-putar ke daerah yang bersih saja, tetapi tim penilai menilai atas kehendaknya sendiri. Jadi kumpulan sampah di tempat terpencil saja dapat ketahuan.

Tahun sekarang mendapatkan adipura, jika tahun depan tidak ada peningkatan atau dalam artian sama seperti tahun ini keadaannya jelas tidak akan mendapatkan adipura lagi. Perbaikan berkelanjutan menjadi semangat adipura saat itu.

Inilah yang dirasakan saat memulai pembangunan Mojosari Kota Adipura.

Salah satu tindakan yang diambil adalah mengalihkan keruwetan kota ke daerah agak pinggir (sekarang menjadi keruwetan baru ya ). Keruwetan saat itu adalah terminal Mojosari.

Terminal mojosari saat itu dengan pintu masuk di Jl Airlangga sekarang sebelah toko sepatu. Toko sepatu itu dulu adalah toko buku dengan perk "PUBLIK". Milik seorang polikus Partai Demokrasi Indonesia yang rumahnya di Mojosulur. Toko Buku Publik ini menjual Buku sekolah (bersaing dengan Toko Rahayu Jl Masjid) dan Majalah serta koran (Bersaing dengan Abah Rofiq Oli Pasar Legi).

Terminal ini hanya hamparan tempat beraspal dan berpagar besi setinggi 1 meter. Saya selalu dilarang memegang pagar itu oleh Bude saya. Namanya anak-anak, saya tetap memegang paagr itu saat berjalan sehingga pagar yang berderet mengeluarkan suara "RRRrrrrrrrrt" saat bertabrakan dengan tangan saya.

Hasilnya??

Hiiii..tangan saya bau pesing....ternyata saat malam hari banyak orang buang air di pagar itu. Maklum keadaan saat itu gelap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline