Sudah jarang ya yang memakai peribahasa. Ini saya coba tulis peribahasa yang lama kita tinggalkan. Peribahasa yang menceritakan sabung ayam menempuh apa saja agar ayam jagoannya menang, tetapi akhirnya ayamnya juga menang tapi kampungnya tergadai atau rugi besar dalam kesialan.
Inilah yang terjadi hari ini 74 tahun yang lalu. Surabaya dikenal sebagai kota dengan persenjataan terbesar di Asia Tenggara karena Jepang menyimpan Sumber Daya Militernya di sini. Oleh karena itu, Inggris sebagai pemenang perang dunia II datang dengan pasukan terkuatnya sejumlah 6000 orang.
Pasukan Brigade 49 dari Divisi 23 dijuluki The Fighting Cock tidak pernah kalah dalam pertempuran. Pasukan ini sudah disiapkan sejak Perang Dunia I dengan kepanduan Lord Baden Powel...
Hehe...jadi kalau hari Pramuka, para pramuka kita memajang foto Lord Baden Powell sebagai Bapak Pramuka dunia saya tertawa sendiri karena dia menyiapkan pasukan untuk menyerang kita...Kan, seharusnya Bapak Pramuka Indonesia Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang dipajang....sudah lah..kita lewatkan obrolan Pramuka dulu...
Pasukan ini dengan banyak prajurit bayaran dari Gurkha dipimpin oleh Brigadier Aubertin Walter Sothern Mallaby. Bukan Brigadir Jenderal lho ya....karena Inggris tidak memiliki pangkat Brigadir Jenderal....yang resmi adalah Brigadier dengan level setara Perwira tinggi berbintang satu.
Rakyat Indonesia di SUrabaya serta pemerintah Jawa Timur di bawah pimpinan Gubemur Suryo awalnya tidak mau menerima kedatangan Sekutu.
Namun, kemudian antara wakil-wakil pemerintah RI dan Birgjen A.W.S. Mallaby, mengadakan pertemuan dan menghasilkan beberapa kesepakatan, di antaranya;
1. Inggris berjanji mengikutsertakan Angkatan Perang Belanda.
2. Kedua belah pihak antara Inggris dan Indonesia menyetujui kerja sama untuk menjamin keamanan dan ketenteraman.
3. Akan dibentuk kontak biro agar kerja sama berjalan lancar.
4. Selain mengambil tawanan Jepang yang kebanyakan warga eropa, Inggris juga akan melucuti senjata Jepang.