Lihat ke Halaman Asli

FIRITRI

Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Museum Bir Indonesia, Belajar Bagaimana Keberlanjutan Bisnis

Diperbarui: 8 Oktober 2019   20:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Adakah museum Bir di Indonesia? Adaaa. Letaknya di Mojokerto. Milik siapa? tidak perlu dijelaskan lagi ya Bir tertua yang diproduksi di Indonesia. Bir Bintang.

Terlepas dari kontroversinya tentang keyakinan, saya tidak membahas tentang itu. Saya membahas tentang konsistensi mereka dalam menjaga keberlanjutan bisnis. Hebaat lho mulai 1929 dan masih berdiri kuat hingga sekarang. Banyak lho perusahaan yang sudah hengkang dari Indonesia terbukti F&N dan terakhir Pepsi.

Lha ini Bir Bintang malah semakin kuat walaupun pesaing sudah banyak. Sudah ya saya akan mulai masuk. Museum ini letaknya di kompleks Pabrik Bir Bintang Sampang Agung Kutorejo. Jelas Gratis masuk di sana.

Begitu masuk ke dalam museum tampak galeri di sebelah kanan dan sebelah kiri ada bar nya. Saya tidak minum alkohol jadi saya hanya melihat saja. Jika suka, bisa minum bir juga dan gratis. Saya langsung ke ruang di sisi sayap kanan gedung. Langsung pada awal berdiri pabrik.

Dokpri

Dokpri

Ternyata bukan dari belanda aslinya... Pada tahun 1929 dibentuk dan dibangun Pabrik Bir di Ngagel Surabaya oleh biro Hindia Belanda yang beranggotakan sekelompok pengusaha berkebangsaan Belanda tetapi lebih banyak kelompok pengusaha dari Belgia dengan nama COBRA. Mereka menetapkan nama NEDERLANDSCH INDISCHE BIER BROWERIJ N V.

1931 produksi mulai berjalan dan dipasarkan, tepatnya tanggal 21 Nopember 1931 yang dijadikan tanggal lahir PT Multi Bintang Indonesia sampai saat ini. Tahun 1937... Bangkrut... kena jaman meleset alias krisis ekonomi global.

Dengan pailitnya perusahaan datang jaringan bir belanda yaitu Heineken's dan membeli pabrik ini. Heineken merubah nama perusahaan dengan " HEINEKEN'S NEDERLANDSCH INDISCHE BIER BROUWERIJ MAATSCHAPIJ" yang memproduksi bir merk Heineken, Java Bier dan Java Bonker.
Saya beralih ke yang lain.

Tahun 1942 selama kependudukan Jepang, pabrik bir di Surabaya dikuasai oleh Jepang dan namanya diubah ala Jepang yaitu "NIPPON BITJIU KAISAI" Dalam waktu singkat Jepang tidak memberikan perubahan pada produk bir karena konsentrasinya ada militer.

Awal 1944 ada rencana untuk memberikan sentuhan rasa sochu pada produk ini, akan tetapi belum sempat memberi sentuhan pada tahun 1945 Indonesia sudah merdeka, pemerintah Indonesia mengambil alih pabrik bir jepang ini dan masa transisi itu pemerintah belum menjalankan produksi terus menerus karena masih dalam masa krisis terkena agresi militer Belanda. 

Dengan diakuinya RI oleh pemerintah belanda, pada tahun 1949 pabrik ini dibeli kembali oleh Heineken dan namanya dikembalikan menjadi "HEINEKEN'S NEDERLANDSCH INDISCHE BIER BROUWERIJ MAATSCHAPIJ" dan akhirnya hingga sekarang beralih-alih kepemilikan sampai dengan jadinya PT MULTI BINTANG INDONESIA.

Sudah... terlalu banyak cerita itu. Pada dinding mseum ada penjelasan mulai kronologis hingga resep pembuatan bir yang hanya air-malt(gandum bulat yang dikecambahkan-HOP bunga khas belanda-ragi). Produk mulai awal dengan merk Java Bier hingga produk bir heineken berbagai seri. Seri? iya...ada seri khusus untuk dijual sebagai souvenir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline