Lihat ke Halaman Asli

Andre Situmorang

PhD Student, Juventini

#AllegriOut, #RonaldoOut, atau #DybalaSold

Diperbarui: 17 April 2019   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Allegri, Dybala, Ronaldo

Musim 2018/19 berakhir mengecewakan bagi Juventus. Asa menjuarai UCL pupus setelah menelan kekalahan pahit dari tangan Ajax 1-2 di Turin, Rabu (17/4) dini hari. 

Hanya 2 gelar mampu diraih sepanjang musim, Scudetto ke-8 beruntun (belum resmi, butuh 1 poin dari 6 laga tersisa) dan Super Coppa Italia. Tentunya hal tersebut tidak sesuai dengan cita-cita Juventus di awal musim yang mendatangkan mega bintang Cristiano Ronaldo demi memuaskan hasrat kembali menjuarai UCL yang terakhir kali diraih musim 1995/96.

Takluknya Juve di tangan Ajax, mungkin sudah diprediksi banyak pihak. Juventini sendiri sudah was-was sebelum laga leg kedua digelar dengan melihat level permainan Juve di leg pertama. 

Permainan Juve musim ini layak diberi nilai buruk. Walau bisa merajai Serie A dan unggul 17 poin dari Napoli di peringkat kedua sampai dengan pekan ke-32, level permainan Juve tidak sebaik musim-musim sebelumnya.  Hal ini mengangkat kembali tagar #AllegriOut di kalangan Juventini yang jengah dengan pilihan taktik sang maestro.

Semenjak kedatangan CR7, permainan Juventus seperti tidak memiliki arah yang jelas. Allegri seperti kebingungan dengan peran Ronaldo di lapangan. Ditambah dengan menurunnya performa beberapa pilar kunci, permainan Juve sering mandek dan tidak berkembang.

Dilihat dari poin sampai pekan ke-32 musim ini, memang Juventus sudah mencapai 84 poin dengan sisa 6 pertandingan, dibanding musim lalu total 95 poin sampai pekan terakhir. Tapi dari sisi gol memasukan dan kemasukan, Juventus "hanya" mencetak 65 gol, selisih 21 gol lebih sedikit dari jumlah total yang dicetak tim musim lalu di Serie A dan kebobolan 22 gol (sampai pekan ke-32) berbanding 24 total gol kemasukan musim lalu. Hal itu menandakan, serangan Juve tidak lebih tajam dengan adanya Ronaldo dan pertahanan tidak lebih kuat dengan adanya Bonucci.

Buruknya permainan Juve bisa terlihat kala mereka kalah melawan Young Boys di babak grup UCL, Atalanta di Serie A, Atletico di leg pertama 16 besar UCL, dan saat imbang dan kalah dari Ajax di kedua leg perempat final UCL musim ini. Apakah kekurangan ini selayaknya dijatuhkan ke tangan Allegri? 

Ketidakmampuannya memanfaatkan kehadiran Ronaldo dalam tim memang membuat Juve tidak tampil optimal musim ini. Tapi tidak hanya itu, menurunnya performa pemain juga berpengaruh pada penampilan tim musim ini, terutama Dybala. Performa La Joya menurun jauh dibanding 3 musim sebelumnya.

Sejak kedatangannya ke Juventus musim 2015/16, Dybala bermain dengan rataan sekitar 2.900 menit bermain, mencetak total 58 gol dan 19 asis. Tetapi di musim ini, Dybala hanya bermain total 2.385 menit dan mencetak 10 gol dan 4 asis. Tidak hanya Dybala, Douglas Costa yang juga merupakan pemain kunci musim lalu juga mengalami penurunan performa dan selalu dilanda cedera. Alex Sandro juga tidak pernah lagi bermain optimal seperti perannya 2 musim belakangan.

Juventini nampaknya melimpahkan semua kekesalan pada Allegri. Tapi sesungguhnya Allegri selalu bisa meracik taktik bagus sebelum Ronaldo datang. CR7 memang unik, dan tidak semua pelatih mampu memanfaatkan skillnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline