Ada tiga serangkai bukit yang hijau di wilayah Lamanabi. Walaupun hujan dirasakan kurang tahun ini, tiga serangkai bukit itu tetaplah hijau. Tidak salah jika para perintis Biara Trappists (Rahib Katolik OCSO) di Lamanabi, Tanjung Bunga, Flores Timur memilih lokasi biara di dekat bukit-bukit tersebut. Faktor utama tentu saja adalah air. Air sumber kehidupan terbukti memelihara kehijauan tiga serangkai bukit di Lamanabi. Konon, tiga serangkai bukit hijau itu juga yang menginspirasi nama Kapel Maria Trinitas di lingkungan biara.
Faktor air menjadi sangat penting bagi biara dan desa di Lamanabi. Dengan demikian kesuburan lingkungan biara dan desa tetap terjamin. Pemerintah pun memberi perhatian dengan membangun dua embung di dekat lokasi biara. Sekarang, kedua embung itu pun terasa manfaatnya bagi ternak sapi biara yang terus berkembang.
Lingkungan hijau di kawasan biara terasa sangat menyegarkan bagi tamu seperti kami yang menginap dan turut beribadat bersama para rahib. Pisang raja adalah suguhan yang berlimpah di lingkungan biara. Bahkan pisang raja yang berlimpah diolah oleh para rahib menjadi pisang sale dan kami bawa pulang sebagai oleh-oleh dari kebun biara.
Satu yang tak kalah menarik ketika jalan-jalan di lingkungan kebun biara adalah pertemuan kami dengan sawo ungu, buah eksotis yang kami petik langsung dari pohon (dengan izin Romo Francis pendamping kami tentunya) dan merasakan kenikmatan segarnya buah tersebut.
Bagi saya, baru saat itulah untuk pertama kali saya menikmati sawo ungu dan mengenalnya. Begitu buah dibuka, kesan pertama tentang isinya adalah seperti manggis, namun tentang rasanya jelas rasa buah sawo. Manis dan berair. Bijinya seperti biji buah sawo atau buah sirsak umumnya.
Rupanya sawo ungu ini dikenal dengan banyak nama, misalnya disebut juga sawo duren, sawo apel, sawo hejo atau kenitu. Memang, kalau masih di pohon dan warnanya masih hijau sangat mirip dengan buah apel. Tapi entah kenapa disebut sawo duren, padahal tidak ada aroma dan rasa durennya.
Saya mengacu kepada karya tulis ilmiah Yahia dan Gutierrez-Orozco dari Universitas Queretaro, Mexico tentang sawo ungu ini. Di dunia, sawo ungu dikenal sebagai Star Apple (Chrysophyllum cainito L.). Walaupun terdapat beberapa tulisan kesehatan populer tentang manfaat sawo ungu tersebut, karya ilmiah ini baik untuk perbandingan.
Sawo ungu disebut sebagai buah yang eksotis, memiliki rasa yang menyenangkan dan bentuk yang bagus karena kalau dipotong setengah akan tampak bentuk seperti bintang di dalamnya (cara potong seperti memotong buah kiwi segar). Informasi yang paling penting adalah kandungan sejumlah antioksidan yang tentu saja menambah nilai nutrisi dari buah eksotis ini.
Buah yang matang berguna untuk meringankan radang saluran pernapasan, pengobatan diabetes dan mengurangi nyeri dada (angina). Buah yang belum matang dikonsumsi untuk mengatasi masalah saluran pencernaan, namun jika berlebihan akan menyebabkan sembelit. Larutan konsentrat dari daunnya digunakan dalam pengobatan kanker dan bijinya dalam bentuk yang dijadikan serbuk antara lain berguna sebagai bahan tonik dan stimulant, untuk menghentikan diare, untuk menghentikan pendarahan dan penyakit kelamin menular gonorrhea.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H