Sebuah perusahaan asal Singapura yang gencar-gencarnya mengembangbiakkan belatung untuk keperluan komersial akan segera membuka sebuah laboratorium di Jakarta bulan depan, demikian berita yang dikutip dari Channel News Asia hari ini.
Direktur Origin Scientia, Carl Baptista memandang Indonesia sebagai target ekspansi yang sempurna untuk mengembangkan pemasaran belatungselain Tiongkok dan India. Hal tersebut tidaklah mengagetkan mengingat pasar domestik di Singapura sangat kecil dan terbatas untuk menikmati belatung yang dihasilkan oleh perusahaan itu.
[caption id="attachment_325105" align="aligncenter" width="600" caption="aceh.tribunnews.com"][/caption]
Belatung yang dimaksud memang belatung yang menjijikkan itu dan memang telah cukup lama digunakan untuk bio-terapi penyembuhan luka terutama luka yang dialami penderita diabetes atau luka bakar yang cukup parah. Cara kerjanya cukup sederhana karena belatung akan membersihkan atau membuang jaringan yang mati atau rusak akibat luka tersebut sehingga membantu mempercepat proses penyembuhan. Terapi dengan belatung ini dapat diikuti dengan penyembuhan luka selanjutnya yang dibantu dengan bahan collagen yang berasal dari ikan untuk mempercepat tumbuhnya jaringan baru.
Terapi belatung ini, di Singapura sendiri telah meningkat tiga hingga empat kali lipat penggunaannya dalam rentang waktu empat tahun, bahkan rumah sakit-rumah sakit di Hong Kong juga memesannya dari Singapura.
Pemberitaan mainstream media tentang terapi belatung ini sendiri kembali mencuat pada bulan September 2014 di Indonesia setelah diberitakan bahwa rumah sakit di Kenya juga menerapkan terapi belatung ini untuk pasien-pasien yang memerlukannya sehingga dapat menekan biaya perawatan yang mahal terutama karena penggunaan antibiotik dan lamanya proses penyembuhan pasca-operasi.
Terapi belatung untuk keperluan medis yang disebut: Maggot debridement therapy dressing embodiments and methods saat ini terdaftar dalam US Patent Nomor Publikasi US20100010458 A1 dengan penemunya Ronald A. Sherman dan pemegang hak pertama yang ditunjuk Monarch Labs Llc.
DiAS sendiri, terapi belatung untuk infeksi pada jaringan tulang dan jaringan lunak telah banyak digunakan oleh dokter ahli bedah pada tahun 1930-an dan 1940-an. Namun memang teknik terapi yang dikembangkan oleh Sherman adalah yang paling update hingga saat ini.
Nah bagaimana dengan Indonesia, sudah adakah yang mau berbisnis belatung ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H