Lihat ke Halaman Asli

Hoax Itu "Berjudul" Jokowi Presiden Terbaik se-Asia Pasifik 2016

Diperbarui: 4 Januari 2017   02:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber. situs bloomberg.com

Pemberitaan terkait prestasi Presiden Joko Widodo yang didapuk sebagai pemimpin terbaik di Asia Pasifik versi Bloomberg, ternyata hoax alias tidak benar. Sang penulis artikel, David Tweed, mengaku tidak pernah menuliskan hal tersebut dalam artikel yang berjudul “Who’s Had the Worst Year?” 

Sebelumnya,sejumlah media di Indonesia menggandang-gandang berita bahwa Jokowi didapuk  Bloomberg  sebagai pemimpin terbaik Asia Pasifik. Jokowi bahkan mengalahkan prestasi PerdanaMenteri India Narendra Modi dan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull.

Belakangan, klaim itu dibantah David Tweed. Melalui akun twitter @DavidTweed, ia menjawab pertanyaan akun @dwinugr95989941 pada 1Januari 2016.

"Have you ever said that Joko Widodo is the best leader in Asia for 2016? It's rumoured here in Indonesia (Benarkah Kamu menyebut Joko Widodo sebagai pemimpin terbaik di Asia pada 2016? Berita itu telah menjadi rumor di Indonesia?" tanya @dwinugr95989941.

“No (tidak),” jawab @DavidTweed singkat sehari kemudian.

“Ok.thanks. Crystal clear (baik. Terimakasih. Sangat jelas),” balas @dwinugr95989941lagi.

Betapapun, klaim para fans Jokowi atas artikel Bloomberg itu memang janggal. Dari judulnya saja “Who's Had the Worst Year? How Asian LeadersFared in 2016”, terbaca jika yang dituju adalah mempertanyakan siapa pemimpin negara yang mendapati "mimpi buruk" pada 2016, dan bagaimana mereka menjalaninya.  

Sayangnya, demi pencitraan semata kabar ini lalu dipelintir. Saya perhatikan malah media-media besar dan kredibel yang mula-mula memberitakan hoax ini, yang mayoritasnya mengunakan sumber perantara dari LKBN Antara. Jadi,media-media ini tidak mengambil langsung sumbernya dari bloomberg.

Ironisnya, para pejabat tinggi negara; Wapres sampai Menteri Keuangan turut menyatakan kebanggaan –tanpa melakukan crosschek sepertinya,sehingga isu ini pun semakin bergulir seperti bola salju.

Dari sini, saya kemudian teringat apa yang disampaikan Rocky Gerung, pakar filsafat dan logika FIB UI, bahwa pelaku penyebar hoax bisa berasal dari 2 unsur; masyarakat dan pemerintah [3]. Penguasa membuat hoax demi keperluan berhias. Sementara hoax dari rakyat sinyal kuat ketidakpercayaan pada penguasa.

Menurut Rocky, hoax itu artinya bohong yang dibuat masuk akal. Tapi hoax hanya efektif mempengaruhi massa bila penyebarnya menguasai media massa. Intinya, hanya penguasa yang mampu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline