Lihat ke Halaman Asli

Lika Liku Cinta Dilan dan Milea

Diperbarui: 22 Februari 2018   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 adalah sebuah novel yang kerap hangat diperbincangkan akhir-akhir ini. Novel yang ditulis oleh Pidi Baiq ini ternyata menyimpan kisah-kisah menarik dari keseharian Milea sebagai seorang murid yang baru saja pindah dari Jakarta. Kisah novel ini bermula saat Milea pertama kali berjalan menuju ke sekolah barunya. Tepat di depan gerbang sekolahnya, Ia diramal oleh seorang murid SMA yang mengendarai motor disebelahnya. Milea pun mulai menaruh rasa penasaran terhadap laki-laki peramal tersebut dan mulai mencari tahu tentang dirinya, laki-laki yang bernama Dilan. Dimulai dari sanalah, cerita cinta Milea dimulai di tahun 1990.

Novel karya Pidi Baiq ini menggagas tema Romansa di dalam kategori Young Adult. Ini bisa dibuktikan sebagaimana tema ini diganbarkan melalui sikap dan perilaku diantara Milea dan Dilan sebagai tokoh utama di novel ini. Sang penulis menceritakan berbagai kisah romantis dimana Dilan akan melakukan hal-hal konyol yang kurang penting terhadap Milea. Di sisi lain, Milea pun senang dengan tingkah Dilan yang seperti itu, sesuai dengan tipe cowok Milea yang sebagaimana diceritakan sepanjang novel ini. Diluar kisah-kisah romansa di keseharian Dilan dan Milea yang kadang membuat remaja zaman ini menjadi meleleh hatinya, sang penulis juga tak lupa menyisipkan konflik-konflik asmara diantara Dilan dan Milea untuk menjaga ketertarikan pembaca untuk menyelesaikan novel ini.

Alur cerita novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 mengungsung konsep alur maju dimana novel ini dimulai dengan pengenalan, seperti novel-novel lainnya yang menggunakan alur maju. Pengenalan di novel ini bercerita mengenai Milea Adnan Hussain yang sedang berjalan menuju ke sekolah barunya dimana Ia bertemu dengan seorang laki-laki peramal, Dilan. Dari sini, terjadi interaksi pertama antara Milea dengan Dilan di novel ini. Melalui perkenalan antara kedua tokoh ini, dimulai lah kisah panjang asmara yang berliku-liku antara Dilan dan Milea.

Setelah pengenalan, timbul lah masalah antara Dilan dan Milea.  Milea yang ternyata masih menjalin hubungan jarak jauh dengan pacarnya yang bernama Beni mulai merasakan konflik dalam batinnya. Dia menjadi dilemma dengan situasi yang dihadapinya. Bingung antara harus memilih Dilan atau Beni sebagai orang yang akan menjadi laki-laki yang mewarnai kisah cinta di masa mudanya tersebut. Selain Beni, Nandan yang sekelas dengan Milea pun diam-diam menaruh perasaan terhadap Milea dan mencoba untuk mendekati Milea.

Konflik yang mengisi cerita ini terjadi ketika Dilan dan teman-teman satu geng nya diserang oleh geng motor lain ketika mereka sedang berada di sekolah. Pada saat itu, Dilan dan teman-teman satu geng nya yang sudah mengetahui bawha kejadian itu akan terjadi bersembunyi di Gereja yang terletak di dekat sekolah mereka. Anggota geng motor yang akan menyerang Dilan dan teman-temannya pun tiba dan segera melakukan hal-hal anarkis serta mencari keberadaan Dilan dan teman-temannya. Mengetahui bahwa orang yang mereka cari tidak ada di sekolah tersebut, akhirnya geng motor tersebut meninggalkan sekolah dimana Dilan dan Milea bersekolah. Singkat cerita, Dilan pun meminta maaf kepada Milea karena sudah membuatnya khawatir ketika sekolah mereka diserang,

Kini tiba di bagian klimaks novel ini. Klimaks pada novel ini menceritakan sebuah peristiwa dimana pada saat itu, Milea beserta beberapa teman di sekolahnya sedag berada di Jakarata untuk menghadiri acara yang diadakan oleh TVRI. Disana mereka menghadiri acara tersebut untuk mendukung teman-teman yang mengikuti lomba Cerdas Cermat TVRI. Sebelum menghadiri acara tersebut, Milea dan beberapa temannya yang lain memutuskan untuk berkunjung ke Taman Mini Indonesia. Disana, Milea yang sedang makan siang Bersama dengan Nandan dan teman-teman yang lainnya pun dihampiri oleh Beni. Beni yang merupakan pacar Milea termakan perasaan cemburu nya karena melihat Milea sedang dekat dengan laki-laki selain dirinya. Disitu terjadi pertengkaran antara Milea dan Beni yang berujung dengan Beni memaki Milea dan menyebabkan Milea spontan memutuskan hubungan antara mereka berdua.

Penyelesaian dari kejadian tersebut diceritakan dengan Dilan yang berusaha menghibur dan menjenguk Milea yang jatuh sakit pasca kejadian tersebut. Semua perlakuan Dilan terhadap Milea pada saat itu membuat Milea menjadi tambah cinta dengan Dilan dengan sikap sederhana nya itu. Tak hanya itu, Beni bersamaan dengan pamannya pun mencoba untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di Jakarta secara baik-baik agar tidak lagi terjadi kesalahpahaman diantara mereka berdua. Walau tidak berakhir sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Beni, masalah diantara Milea dan Beni akhirnya selesai dan kedua pihak memutuskan untuk berpisah dan melanjutkan kehidupan mereka masing-masing.

Cerita yang dialami oleh Milea dan Dilan berlatar di Bandung pada tahun 1990-an. Di tahun tersebut, geng motor adalah sebuah keharusan untuk diikuti oleh lelaki pada zamannya agar terlihat jantan dimata perempuan-perempuan lain. Pada masa itu, teknologi tidaklah sama seperti sekarang, pada saat itu, berkomunikasi dengan orang yang jauh dari kita masih dengan cara menelpon atau bahkan dengan surat menyurat. Bandung pada era 90-an juga belum seramai seperti yang kita tahu sekarang, pada masa itu, Bandung masih digambarkan sebagai kota yang belum padat dan masih memiliki hawa dingin seperti apa yang diceritakan oleh orang-orang Bandung dahulu. Dilan dan Milea saat itu juga memiliki keadaan sosial yang berkecukupan. Tidak bias dibilang kaya, namun bukan golongan orang menengah kebawah.

Berbicara lebih lanjut, tokoh yang dihadirkan penulis di novel ini terbilang cukup banyak. Namun diantara sekian banyaknya tokoh yang dihadirkan dalam novel ini, ada beberapa tokoh penting yang berperan besar dalam kemajuan cerita di novel ini.

Tokoh utama dalam novel ini, Milea, digambarkan sebagai perempuan muda yang cantik, pintar, baik hati, sopan, dan penyayang. Sifatnya tersebut digambarkan di novel ini melalui berbagai banyak perbuatannya seperti ketika dia yang bias cepat akrab ketika bertemu dengan ibu dari Dilan. Perbuatan lainnya yang menggambarkan sifatnya tersebut seperti ketika dia selalu terlihat sopan dengan kang Adi yang kadang mengganggunya di berbagai macam kejadian dalam novel ini.

Dilan digambarkan sebagai lelaki SMA yang humoris, baik hati, setia kawan, dan perhatian. Berbagai penggambaran sifat melalui perilakunya di novel bias kita lihat untuk mengenal Dilan lebih dekat lagi. Dilan digambarkan sebagai orang yang humoris seperti ketika dia menggambar jam tangan di tangan kakeknya ketika dia sedang tertidur. Sifat perhatiannya juga bias terlihat ketika dia mengantarkan Bi Asih ke rumah Milea agar memijat Milea yang sedang sakit dirumahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline