Lihat ke Halaman Asli

Siti Andraeni

Mahasiswa

Soreng: Kesenian yang Menarik Pemuda Kwarakan Terjun ke Dunia Seni

Diperbarui: 30 Juli 2024   13:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar beberapa pemain SKSW sebelum pentas (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Soreng adalah sebuah kesenian yang diangkat dari sebuah cerita rakyat, yakni pasukan dari Adipati Jipang yang bernama Arya Penangsang. Pada masanya, Soreng merupakan pasukan khusus yang berasal dari Kadipaten Jipang. Kesenian Soreng berkembang di Desa Kwarakan, Kec. Kaloran, Kab. Temanggung, Jawa Tengah.

 Dalam kesenian ini terdapat peran untuk masing-masing pemain, seperti para peniti (tim persiapan barang), perias, penari, penabuh alat musih, dan lainnya. Alat musik yang digunakan dalam Soreng adalah bende yang berjumlah 4 buah, trengtek, bass drum, cymbal, saron, bonang, gong, dan kendang. Penari Soreng memiliki gerakan ngejek, kiprah, metaraman, nyegeh, dan gordan bela diri yang menggambarkan seorang prajurit khusus yang sedang berlatih perang.

 Desa Kwarakan yang kaya akan kesenian, memiliki semangat pemuda yang kuat untuk melestarikan kesenian-kesenian yang ada. Pelaku kesenian Soreng melakukan 4 kali pertemuan dalam sebulan untuk terus melatih kemampuan seni mereka. Tim kesenian Soreng Desa Kwarakan yang bernama Soreng Tayub Sekar Wangi (SKSW) terus berupaya dalam meregenerasi pelaku kesenian, terutama bagi anak-anak sampai remaja yang terus menyesuaikan dan memiliki kesadaran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang seni dan budaya.

Menurut Arin Rahma (19), seorang remaja pelaku kesenian, ia tertarik pada kesenian Soreng karena gerakan Soreng yang tegas, dinamis, dan iringan musik yang sigrak atau lugas. Arin juga berpendapat bahwa ia dan teman-teman tim kesenian Soreng terbantu dengan adanya dukungan dari pemerintahan Desa Kwarakan dalam bentuk kelengkapan kesenian dan dukungan lain.

Sebelum melakukan pertunjukan, tim SKSW memiliki ritual yang harus diadakan pada malam sebelumnya. Ritual dilakukan dengan kegiatan mandi bersama di Mata Air Bendo dan membawa kuda kepang yang akan digunakan dalam pertunjukan. Dengan diadakannya ritual tersebut, diharapkan pertujukkan dapat terlaksana dengan lancar.

Pelaku seni Soreng selalu berharap terhadap kelestarian seni, seperti adanya regenerasi pelaku seni yang baik, profesional, dan bijaksana dalam berkesenian serta selalu setia dalam membawa nama baik kesenian Soreng dan Desa Kwarakan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline