Lihat ke Halaman Asli

andra nuryadi

bekerja 20 tahun lebih di media, memiliki laboratorium kreativitas konten

Tahun 2021: Robohnya TV Berbayar, Bangkitnya "TV Kami"

Diperbarui: 12 Desember 2020   02:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

freepik.com

Televisi-televisi konvensional sudah semakin ketinggalan, karena ketidakmampuan memproduksi program yang semakin berbobot dan mencerdaskan bangsa.

Sedangkan televisi berlangganan yang saling berkompetisi di entitasnya, akan meninggalkan yang kalah dan berkantung cekak sebaliknya kian mengokohkan mereka yang bermodal besar.

Belum lagi nanti jika secara perlahan televisi analog harus mundur dari peredaran dan berganti menjadi televisi digital. Semua stasiun mengubah platform ke digital.

Ini juga akan membuat proses migrasi di masyarakat mengundang persoalan. Masyarakat harus mengganti perangkat televisi analog yang selama ini mereka gunakan ke perangkat televisi digital. Proses migrasi akan perlahan setapak demi setapak hingga seluruh siaran televisi nasional menggunakan platform digital.

Industri televisi memang masih moncer. Terbukti terjadi kenaikan belanja iklan para pengiklan sebesar 20 persen justru di saat pandemi. Jangkauan nasional membuat televisi tradisional mengeruk banyak pendapatan.

Meskipun, kategori pengiklan masih didominasi e-commerce atau online yang memang memiliki budget besar. Hal ini seiring dengan meningkatnya belanja online yang dilakukan oleh masyarakat.

Namun televisi berlangganan mengalami penurunan drastis dalam perolehan pendapatan iklan. Tanda-tanda itu diendus oleh Media Partners Asia yang melaporkan bahwa di kawasan Timur Tengah sejak 2015, televisi berlangganan mengalami penurunan iklan yang terus terjadi sampai tahun 2020. Pendapatan mereka lainnya yang diperoleh dari pelanggan juga menurun.

Laporan ini menunjukkan telah terjadi shifting para pelanggan dari televisi berbayar ke video online. Dari segi peraihan iklan bahkan telah terjadi crossing dengan video online pada tahun ini. Kemudian crossing dari sisi jumlah pelanggan akan terjadi pada tiga tahun ke depan.

Video online secara signifikan terus melonjak dalam hal perolehan pelanggan dan iklan. Kenyataan ini bisa dilihat dari tingginya viewer maupun subscriber sejumlah video talkshow (yang lalu banyak disebut sebagai podcast) para pesohor di Indonesia.

Gambaran ini seolah menunjukkan bahwa munculnya program yang digelar oleh para selebritas ini telah menjadi inspirasi kreativitas konten di masa mendatang. Dan YouTube mampu mengakomodir hal-hal tersebut, bahkan karena kesederahanaan dan kemampuan menangkap momentum membuat program-program ini jauh lebih cepat tayang dan sampai ke publik.

Program-program tersebut dibuat dengan budget yang tidak sebesar program televisi umumnya. Sangat low budget, bahkan kadang tidak mementingkan tampilan. Mereka tidak menseting, karena tema atau topik yang diangkat digulirkan begitu saja apa adanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline