Lihat ke Halaman Asli

Tuhan (Masih) dalam Ranah Logika

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pertanyaan tentang ketuhanan selalu menarik didiskusikan. Dialog antar agama selalu ramai peserta, baik di dunia nyata, terlebih di dunia maya. Baiklah, sekarang adalah zaman teknologi dan informasi. Apapun pertanyaan yang terlintas dalam pikiran kita selalu mendapatkan referensi atau inspirasi jawaban baik melalui internet maupun buku-buku yang sudah makin melimpah jumlah dan jenisnya disekitar kita. Saya sangat menggemari buku atau topik yang berkenaan dengan motivasi dan agama. Dua hal yang berbeda memang tapi bagi saya justru kedua hal itu yang menjadikan saya akan selalu ingat hidup didunia harus seperti apa, dan harus mempersiapkan apa saja setelah kontrak kita habis didunia. Mendalami ilmu motivasi karena cita-cita saya ingin menjadi seorang motivator, yang mampu memotivasi dan menginspirasi orang-orang sehingga bisa menjadi yang terbaik dalam hidupnya, terbebas dari belenggu kegalauan dan kegelisahan hidupnya. Namun, saya tidak berbicara mengenai tentang motivasi, tapi saya ingin menuangkan isi pikiran saya tentang agama. Tentang Tuhan. Iya benar tentang TUHAN.

Manusia era modern seperti sekarang adalah manusia yang skeptis (mempertanyakan). Skeptis akan berbagai hal terutama agama, karena sangatlah banyak paham sekuler (memisahkan agama dari kehidupan). Jadi agama hanya menjadi atribut belaka, agama hanya ketika kita berhari raya atau saat kita berada dalam tempat ibadah. Karena menurut mayoritas orang agama seringkali membatasi ruang gerak kita, bertentangan dengan logika manusia. Agama adalah sesuatu yang kuno dan kaku. Kawan, tahukah kamu bahwa Tuhan tidak memiliki keterbatasan, Dia tidak berada di dalam ruang dan waktu, tapi justru melingkupi keduanya. Tuhan Menciptakan alam semesta dan isinya. Memelihara dan Mengaturnya. Lantas kenapa kita menjauhi Tuhan karena merasa gerak dan waktu kita terbatasi?jawaban yang menurut saya paling mendekati adalah Tuhan tidak masuk dalam ranah logika kita.

Karena kita gagal menjawab pertanyaan kita tentang Tuhan atau karena kita merasa tabu bertanya ketuhanan. Padahal jika kita mengetahui setiap jawaban akan pertanyaan kita, agama tidak hanya tentang tempat ibadah saja, bukan untuk KTP saja, tapi merupakan ideologi manusia. Ideologi yang akan menjadikan manusia selalu menjaga akalnya untuk mengatur moral dan perilakunya untuk menjauhi yang salah dan melakukan yang benar. Akan menjadikan setiap orang berani berkata TIDAK untuk hal yang tidak masuk logika, bangga berkata YA untuk hal yang memang benar. Sebagai contoh, si anak bertanya pada ayahnya. "Yah, kenapa kita harus berbuat baik dan tidak boleh menghina", jika sang ayah tidak memasukkan Tuhan dalam logikanya maka akan menjawab, "jika kita berbuat baik dan tidak menghina orang lain, maka banyak orang yang akan suka pada kita". Apakah ini jawaban yang benar?bagi saya ini adalah jawaban yang SESAT. Saya tidak akan mengoreksi jawaban saya, karena pada konteks kehidupan saat ini berbuat baik dan tidak menghina tidak memberikan jaminan banyak orang yang akan suka pada kita. Jadi jika jawaban ini tidak memberikan jaminan, anak tersebut dalam perkembangannya menjadi dewasa, beresiko akan tidak percaya lagi terhadap setiap pendidikan orangtuanya dimasa kecil. Jawaban dari pertanyaan dan nasehat orang tua dimasa kecil hanyalah sebuah mitos dan hiburan saja, karena bertentangan dengan kenyataan. Lantas bagaimana jawaban seharusnya?

Baiklah, baiklah. Menurut versi saya, anda boleh tidak sependapat. Jawaban yang mendidik dan bahkan akan membentuk pola pikir anak adalah "iya nak, kita harus berbuat baik dan tidak boleh menghina orang lain, karena Tuhan selalu berbuat baik pada kita, karena jika jahat pada orang lain kelak Tuhan akan membalas perbuatan kita". Bukan perkara jawaban menyenangkan yang harus kita berikan tetapi jawaban yang baik dan benar yang harus kita tanamkan. Jika setiap pertanyaan dan jawaban selalu menyertakan Tuhan dalam didalamnya. Maka manusia akan memuliakan saudaranya sebagaimana Tuhan memuliakan umat-Nya. Jadilah bijak dalam setiap kesempatan. Sudah saatnya kita merevolusi pendidikan dengan mengedepankan akal tapi tidak melupakan moral. Maka dari itu agama dan ilmu pengetahuan bukan dipisahkan, tapi harus dikawinkan.Salam sukses!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline