Lihat ke Halaman Asli

Persilangan Tomat Unggul Masa Depan

Diperbarui: 11 April 2018   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tomat adalah buah yang sangat populer dan sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Buah yang biasanya berwarna merah ini memang sering dijadikan sebagai bahan makanan, seperti dijadikan jus maupun dijadikan sebagai salah satu bahan olahan makanan. Di Indonesia sendiri buah tomat lebih populer digolongkan ke dalam sayuran, dibandingkan buah-buahan lainnya seperti pisang dan jeruk. Selain sebagai sayur, tomat juga merupakan buah favorit yang kaya akan vitamin C sehingga sangat digemari. Sebagai konsumen, dalam memilih buah tomat di pasaran, biasanya kita memilih buah yang berwarna merah segar, berukuran besar, dan berdaging tebal. Tujuannya adalah untuk mendapatkan buah tomat yang baik untuk dikonsumsi.

Dalam dunia holtikultura, ukuran buah tomat yang besar merupakan karakteristik buah yang para petani inginkan. Buah yang ukurannya besar dapat meningkatkan harga buah di pasaran, yang tentunya dapat memberikan keuntungan lebih bagi produsen buah tomat, dibandingkan menjual buah tomat berukuran kecil. Selain itu, tanaman yang memiliki karakteristik resisten terhadap penyakit juga merupakan karakteristik tanaman yang diinginkan oleh petani. Namun permasalahannya adalah tidak semua jenis tanaman tomat memiliki kedua karakterstik yang unggul tersebut.

Tanaman tomat jenis Solanum pimpinellifolium misalnya, merupakan jenis tanaman tomat yang resisten terhadap hama, buahnya berwarna merah, enak dimakan, tetapi buah yang dihasilkannya berukuran kecil, sehingga biasa dikenal dengan sebutan 'tomat cherry'. Lain halnya dengan jenis Solanum esculentum, dengan buahnya yang besar menjadikan jenis tomat ini unggul dalam hal ukuran buah, namun resistensinya terhadap penyakit, tidak sebaik jenis Solanum pimpinellifolium.

Fakta di lapangan tersebut mendorong para peneliti di Nigeria melakukan riset untuk mencari tahu bagaimana menghasilkan tanaman yang memiliki sifat-sifat unggul tersebut. Dalam risetnya, peneliti menggunakan metode persilangan tanaman secara konvensional untuk menggabungkan sifat-sifat unggul tanaman, sehingga dihasilkan tanaman tomat yang tidak hanya resisten terhadap hama, tetapi juga memiliki buah yang besar, yang menguntungkan secara ekonomi.

Bahan yang dibutuhkan hanyalah dua jenis bibit tomat S. Esculentum dan S. pimpinellifolium yang ditanam hingga berbunga. Persilangan tanaman dilakukan dengan cara mengambil serbuk sari dari bunga tanaman tomat jenis S. esculentum dan menyerbukkannya pada putik bungan dari jenis S. pimpinellifolium, yang terlebih dahulu sudah diemaskulasi atau dibuang benang sarinya. Persilangan ini dimaksudkan agar menghasilkan anakan buah tomat yang memiliki karaktersitik dari kedua induknya. Setelah dilakukan penyerbukan silang, bunga dibirkan berbuah selama beberapa minggu untuk melihat buah yang dihasilkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah tomat yang dihasilkan dari persilangan tersebut menunjukkan perbedaan. Para peneliti memperoleh hasil yang memuaskan karena setelah melakukan pembibitan kembali dari biji buah tomat hasil persilangan sebanyak 12 kali pada 12 keturunan, buah tomat yang dihasilkan memiliki ukuran yang lebih besar, bahkan lebih besar dari buah tomat induknya dari spesies S. esculentum. Garfik pertumbuhan menunjukkan bahwa secara umum terdapat kenaikan ukuran buah secara gradual dari keturunan pertama sampai keturunan ke-12. Ini berarti penggabungan sifat ukuran buah yang besar telah berhasil, dengan dihasilkannya buah tomat yang besar tersebut. Apabila dilihat dari kacamata ilmu genetika, besarnya ukuran buah diakibatkan oleh adanya akumulasi alel yang mengatur karakter ukuran besar pada buah,dan  sifatnya dominan, sehingga menutupi sifat alel 'kecil' yang resesif. Alel dominan ini terus terbawa pada keturunan selajutnya sehingga terjadi akumulasi alel tersebut sehingga menyebabkan buah tomat berukuran besar.

Meskipun demikian, peneliti juga mengemukakan bahwa tanaman tomat yang menghasilkan buah yang besar, tidak menghasilkan buah sebanyak tanaman tomat yang berukuran kecil. Hal ini berarti ukuran buah tomat yang dihasilkan berbanding terbalik dengan jumlah buah tomat yang dihasilkan pada satu kali waktu panen.

Walaupun sebenarnya teknik persilangan tanaman secara konvensional telah dikenal di masyarakat, penelitian ini dapat menjelaskan dengan lebih ilmiah mengenai keterlibatan faktor genetik pada teknik persilangan tanaman. Terlepas dari hal tersebut, hasil dari penelitian ini tetap menarik dan menjadi referensi bagi siapapun yang ingin melakukan budidaya tanaman, khususnya pada tanaman tomat dengan cara seperti itu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline