Lihat ke Halaman Asli

Ando Ajo

TERVERIFIKASI

Freelance Writer

Luruh

Diperbarui: 2 Mei 2016   15:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Daun Luruh dan Membusuk - by; https://pustakaalatsar.files.wordpress.com/2011/09/daun-gugur.jpg

Aku… selembar daun yang menghias sebatang pohon meranggas. Tempat bersandar yang sebentar lagi lenyap tak berbekas. Terkelupas taring-taring kecil rayap hingga lipas. Atau tangan-tangan tak bertuan yang beringas. Tumbang terpapas… terhempas. Lapuk tak berdaya dalam guyuran hujan siraman panas.

Aku… selembar daun yang telah menguning, bukan pada takdir sampainya usia… tapi—tersengat teriknya mentari menyilaukan mata. Mengubah hijaunya rona, retak getas gemerisik raga. Selembar daun yang sebentar lagi ‘kan luruh memeluk bumi, hanya menunggu sesiuran angin—dan menghela tempat bergantung kini.

Lepas… lepas—aku terbuang.

Pasrah diri terbawa helaan… luruh—tapi bukan pada bumi yang diharapkan. Hanya… kubangan panjang yang mengalir perlahan. Memaksa mata diri menyaksikan. Tiada rumput tidak pula bambu di tepian. Tiada bakung pun jua teratai yang ‘kan diri temukan. Hilang—hilanglah sudah segala kenangan, yang pernah mengisi hari dalam keceriaan.

Aku… hanya selembar daun yang hanyut tiada tahu di mana muara. Sampai bila ‘kan diri terus mengambang? Atau mungkin kubur sudah ditetapkan—dia atas genangan sungai yang bukan lagi air mendinginkan. Perlahan… perlahan… terurai diri di kaki zaman.

Aku… selembar daun—yang luruh bersama keinginan.

-----o0o-----

TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI KOMPASIANA, COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN URL LENGKAP POSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.

Ando Ajo, Jakarta 02 Mei 2016.

Terima Kasih Admin Kompasiana^^

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline