Lihat ke Halaman Asli

Ando Ajo

TERVERIFIKASI

Freelance Writer

Kembali

Diperbarui: 5 Februari 2016   17:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[Renungan Jumat]

Rebah kurebah, di atas kegersangan sentuhan tanah. Di antara kerapatan rumput menguning tiada bercelah. Dalam dekapan bayu yang enggan berhembus dan entah. Di bawah langit yang megah dan angkuh tiada hendak mengalah. Tidak pula sang raja hari yang selalu saja menyengat kulit hingga pecah… berbelah.

Tengadahlah tengadah…

Lihat iring-iringan awan berarak bermadah.

Dan diri… masih saja jengah.

Tatih kutertatih, jengkal demi sejengkal beringsut letih. Kadang lirih mengundah pedih. Kekosongan hidup yang amat jernih, memudar perlahan dalam lafaz perih. Mengadu pada arogansi tipis di dada yang pipih. Melambungkan angan pada semesta khayal dalam rajam sedih, dan terhempas remuk di atas karang tajam… tersisih.

Tunduklah menunduk…

Lihat sungai tetap mengalir meski air keruh bercampur aduk.

Dan tidakkah diri tawaduk?

Pada raga yang ditumpangi tanaman, tetap akar menjalar menjalin kehidupan. Tetapkan begitu hingga akhir zaman, hingga kehancuran menyapa badan. Begitulah tersurat dalam perjanjian.

Pada raga yang ditunggangi hewan, tetap akan merangkak dalam pencarian. Terlihat buas tapi bukan kejahatan, sebab itulah janji hidup pada Dzat bernama Tuhan. Dan diri… tiada sedikit jua keberatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline