Lihat ke Halaman Asli

Ando Ajo

TERVERIFIKASI

Freelance Writer

[Jokowi] Kultur Leluhur

Diperbarui: 18 Desember 2015   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiada berlebih tiada berkurang, seperti ujar-ujar tua di masa yang silam. Tepian mana yang tak akan berpindah, bila hujan datang membawa banjir bandang? Tidak pada diri, tapi juga pada mereka. Sedetik perubahan bermuara pada tiap akal, muhasabah pasti, agar kelak tiada kecewa dan sakit di hati.

Taksir perubahan selalu tersirat kebaikan dan keburukan. Ada masa di mana cencangan kayu menjadi ukiran berharga, pun jua kala retak membawa pecah bencana.

Hakekatnya kata raja adalah kata melimpah. Tapi jangan diumbar agar telinga tidak jengah. Baik simpan dalam telaah, dan pada masanya nanti mereka akan berdecak terperangah.

Pun hakekat kata hulubalang adalah kata menggelegar, namun sembunyikanlah taring agar terlihat pada yang berajar, bila diri tiada kekurangan laku jua ajar. Pada saatnya nanti, diri kan mampu menempa kata berpendar.

Namun ragam dunia, selalu dibutuhkan si kata alim. Dari semua sendi laku gerak dan ucapan. Kata pelambang hakiki, agar diri tiada bersesat hasutan. Sempurna rasa karena hasil kerja, sempurna hidup terletak pegangan hati pada agama.

Tanamkan pagar dalam kerapatan, bila pikiran sama berlainan. Agar tiada lepas semua caci dan makian, hingga ulayat tiada perlu menangisi kelakuan. Dan andai semua keburukan tercurah, tertumpah pada diri, jangan sekali-kali berjingkat melarikan diri. Di sanalah uji menagih janji. Keteguhan. Kearifan.

Ajaran leluhur sangatlah mulia, petuah berdendang melintasi zaman. Kendati jalan tidaklah rata, ingat-ingatkanlah kaki kala melangkah, tapakkan langkah jangan sampai tersandung. Andai pundak tersangkut hingga berdarah, kala ranting terinjak menusuk kaki… maka patahkanlah keris hanya di dalam sarung.

Jangan biarkan retak menjalar, menjadi remuk permukaan. Bila sengketa dan masalah datang menyapa. Surutkan kaki yang terlanjur melangkah, himbau kebersamaan pada pikiran-pikiran yang jauh mengecam. Demi menjaga jangan korbankan pedang hingga menjadi patah. Tersuar kabar diri juga yang kan resah.

 

Dan pabila kusut merajut dihadapkan, urailah, untailah… jangan sampai burung-burung berkicau.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline