Lihat ke Halaman Asli

Ando Ajo

TERVERIFIKASI

Freelance Writer

Ironi #3

Diperbarui: 4 November 2015   13:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu…

Tanah ini tempat kami dilahirkan. Di mana tumpah darah dalam kumandang azan, dentang lonceng gereja, bersahutan dari pura hingga vihara.

Dulu…

Tanah ini tempat kami bermain. Canda tawa bertemankan alam, mengisi hari-hari. Dari sungai hingga ke padang rumput. Ilalang subur tempat di mana burung-burung bersarang. Pohon-pohon tinggi mengagumi langit nan membiru.

Tiada ketakutan tiada keresahan. Tanpa hasutan tanpa ancaman. Tanpa bibir-bibir manis berbisa, menghasut kawan sanak keluarga. Tanpa kepala-kepala angkara, yang memisahkan kami kawan sepermainan. Dulu…

Tadinya…

Tanah ini tempat kami menggantungkan angan. Hitam jemari kekar gemburkan tanah, bertemankan mentari yang tak pernah marah. Di mana mimpi mungkin akan kami raih. Di sini, di tempat ini, bersama kawan dalam balur doa ibu kami.

Tadinya…

Tanah ini tempat kami menyulam kenangan. Segala canda segala ceria. Segala utuh segala kebaikan. Segala…

Kini…

Tanah ini tak lagi mengingat kami. Tiada lagi setapak jalan bisa kami lalui. Teman dan kawan telah menjauh, dipisah pikiran-pikiran berselimut keagungan. Mengatasnamakan Tuhan, padahal Tuhan tak pernah melakukan kesalahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline