Lihat ke Halaman Asli

Ando Ajo

TERVERIFIKASI

Freelance Writer

Analogi 2; Warna

Diperbarui: 30 Agustus 2015   15:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang bocah perempuan bermain di tengah taman, di antara rimbunan tanaman bunga nan menawan. Bersenandung riang, menari melenggang, tiada terputus senyum mengembang. Aroma basah sebab hujan belum lama berlalu masih bisa ia rasakan, mencium kesegaran udara.

Sang ayah sibuk memetik kelopak bermekaran, satu per satu dipetik pilah dalam ikatan.

Tubuh si kecil rebah, mata bening memandang penuh kekaguman langit membiru. Bangkit lagi, menari lagi, bersenandung lagi. Sekuntum bunga merah muda tersemat di telinga.

Bibir mungil bertanya;

Ayah, bunga-bunga ini, kok wangi ya?

Bunga-bunga ini, kenapa begitu indah?

Sang ayah menghentikan kesibukkannya, melepas caping yang menaungi wajah, senyum mengembang memandang sang buah hati.

Bunga-bunga ini mewangi, sebab ianya ditanam di atas tanah yang subur. Bumi memberi mereka makanan yang sama. Juga, air yang sama.

Bunga-bunga ini indah, sebab ia tidak satu warna saja, Nak.

Kenapa begitu, Yah?

Gadis kecil bingung, datang mendekat ke pelukan sang ayah. Sang ayah menggendong gadis kecil, mengajaknya memandang hamparan bebungaan yang ada. Sesiur angin mengajak rumpun bunga meliuk gemulai, menari indah. Di ujung bukit, sedikit rona pelangi masih bisa mereka saksikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline