Lihat ke Halaman Asli

Ando Ajo

TERVERIFIKASI

Freelance Writer

Indonesia, Kau Terlalu Baik!

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14302953371109111958

Dengung keresahan mengalangi atap dunia. Mengangkangi gelapnya malam. Seperti kumpulan kucing-kucing liar yang meminta pandangan. Kecaman. Makian. Umpatan dalam keheningan. Dari para jiran, negeri yang entah siapa mereka, hingga… anak-anak sendiri, dari rahim pertiwi. Menyudutkanmu. Mengasingkanmu.

Mereka tiada peduli, meski tahu alasan kuat. Mereka tak hendak mendengar, penjelasan panjang lebar darimu. Yang mereka butuhkan, keagungan diri, dipandang mata-mata lamur, dipuji bibir-bibir manis berludah bisa. Tapi telinga tak hendak mendengar. Pada keputusan yang kau buat. Pada hukum yang kau pegang.

Kau tetap diam, terus tersenyum, sembunyikan lekuk keris di balik punggung. Tak hendak membalas perbuatan, tak hendak turunkan tangan.

Kau sendiri.

Kau diasingkan…

Tidakkah mereka-mereka yang mencacimu mengulik kebaikan? Yang pernah engkau berikan? Yang selalu dan akan engkau lakukan?

Mereka tiada memandang. Uluran tangan bantuan. Jutaan rupiah hilang dalam masa sebulan. Memberi makan mereka-mereka dalam penampungan. Manusia-manusia perahu yang terusir dari negeri mereka. Padahal mereka orang-orang terbuang. Kau masih memberi makan.

Ribuan kepala tertunduk di rumahmu. Pencari suaka ke negeri kangguru. Lagi-lagi kau ulurkan tangan. Lagi-lagi jutaan rupiah kau habiskan, untuk mereka makan. Sementara kangguru bersarung tinju. Menantangmu di ranah niat yang saru.

Pertiwi… kau ibarat makan buah simalakama.

Makan mati. Tak makan pun mati. Berbuat baik salah. Berlaku tegas demi generasi nanti pun salah. Tiada pernah benar apa yang kau lakukan. Di mata mereka-mereka yang lamur tak tahu kenyataan. Tertutup pemuas diri dan keinginan. Permainan.

Tapi percayalah!

Aku, dia, kami, mereka masih ada. Tak peduli angkara melanda, kami masih setia. Pada merahnya darah dalam dada. Putihnya keinginan yang mengangkasa. Meski mereka-mereka mencela, tak peduli dunia menyusahkan raga, kami… masih ada!

Pada keheningan garuda dalan selimut sangsaka.

You’re not alone.

TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM, COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN URL LENGKAP POSTINGAN DIATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.

Ando Ajo, Jakarta 29 April 2015

Sumber ilustrasi.

Terima Kasih Admin Komapasiana^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline