Lihat ke Halaman Asli

Ando Ajo

TERVERIFIKASI

Freelance Writer

Member FC: Kite Lagi Liburan (part 12 - Final Chapter)

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“SUNDUUUUUUUUUL GAAAAAAAAAANNS..!”

Tiba-tiba Buyut berteriak kencang dengan menggunakan sebuah wireless microphone yang ia pinjam dari si pemimpin pagelaran musik tadi. Bersamaan dengan teriakan si Buyut tersebut terdengar alunan irama yang sedikit nge-beat dan sedikit berbeda dari yang tadi dimainkan oleh para pemusik di sana.

Bersamaan dengan itu pula Erri dan si Rahab sama melompat gesit ke atas panggung menemani si Buyut yang mulai melakukan gerakan-gerakan tarian yang terlihat cukup simple namun atraktif. Sedangkan Conni, Lipul dan Fahmi juga si ceking Nandar pun melakukan gerakan yang sama dengan ketiga rekan mereka di atas panggung, namun mereka melakukannya di bawah panggung di atas hamparan pasir.

Semua orang yang hadir di sana awalnya sama terdiam dan sedikit bingung dengan yang dilakukan oleh si Buyut dan kawan-kawannya. Namun lama kelamaan mereka justru mengikuti gerakan-gerakan tarian yang diperagakan oleh ketujuh orang di depan mereka tersebut. Gerakan itu sungguh terlihat asik dan menyenangkan, tidak terlalu rumit hanya terdiri dari 5-6 gerakan saja. Yaa., itu tadi it’s so simple..but seem atracktive.

Dimulai dengan Bu Sekar, Fitria dan Inar yang kala itu telah berada di barisan terdepan mengikuti gerakan dari si Buyut dan kawan-kawan dengan iringan irama dari para pemusik yang mengkolaborasikan instrumen tradisional dengan modern yang justru menghasilkan nada-nada indah nan menggairahkan. Dan detik berikutnya semua mereka yang hadir menyaksikan pagelaran tersebut sama bergoyang riang, menari dengan gerak dan gaya yang sama dengan mereka yang di depan sana. Bahkan Om Granito dan keluarga juga terlihat melakukan gerakan yang sama.

Ahh.., sungguh gerakan yang indah apalagi jika dilakukan serentak oleh orang banyak, suasana di pantai tersebut semakin terlihat dan terdengar meriah, sejumlah orang menari dengan tawa lepas mengiringi gerakan mereka, sebagian lagi tersenyum malu-malu, sebagian lagi terlihat dengan semangat membara. Besar-kecil, tua-muda, anak-anak juga dewasa, pria maupun wanita sama berjoget dengan suasana hati yang ceria. Penduduk dan turis lokal, bahkan para turis manca negara sekali pun sama berjingkrak ria.

Digoyang-digoyang..,

Digoyang-goyang-goyang sundul..

Disundul-disundul..,

Disundul-sundul-sundul goyang..

Mari kita ikut suara gendang……………

Coba dengarkan suara seruling …………….

(sorry ni coy.., ane lebih suka 'goyang sundul gan' timbang nyang laen. nyang itu tuh.., nyang jingkrak-jingkrak gak jelas.., malah lebih mirip orang kesurupan kalo kata ane mah.., taukan nyang ane maksud? ya sudah..kalo gak, akurapopo toh..)

Hanya syair itulah yang terdengar dilantunkan Buyut meniru irama lagu yang selalu dibawakan di salah satu stasiun tv, juga kawan-kawannya, berulang-ulang sedemikian rupa mengiringi lantunan musik yang atraktif, dan tentu juga dengan gerakan-gerakan tarian mengimbangi.

Semua orang menari dengan keceriaan yang terlihat jelas terpapar dari wajah masing-masing. Anak-anak yang dengan semangat memamerkan gerakan mereka pada orangtua, dan para orang tua yang gerakan mereka patah-patah mengiringi sang anak. Sang suami yang unjuk kebolehan menari pada sang istri, dan sang istri yang malu-malu mengikuti gerakan sang suami. Muda-mudi yang sama kompak dalam gerakan, ahh..begitu cerianya mereka tanpa harus melakukan gerakan-gerakan yang di-tabu-kan, sederhana namun lebih atraktif dan (gue rasa) lebih menyegarkan dan menyehatkan.

Setelah cukup lama mereka menari serentak bersama, di atas panggung tanpa sengaja Buyut memandang ke arah kanan posisi dia berdiri. Dan.., pria ini sontak kaget, ternyata di ujung pandangan matanya terlihat si giorila hitam alias To-ing tengah berlari ke arah keramaian orang-orang yang tengah bergoyang dan di belakangnya terpaut agak jauh lagi terlihat sekitar tujuh orang mengejar-ngejar gorila tersebut. Kontan saja Buyut kembali ketakutan, soalnya mereka-mereka itu adalah orang yang sama sebelumnya yang juga mengejar-ngejar dirinya.

Dengan cepat Buyut menarik tangan Erri dan Rahab, dan melompat turun dari atas panggung walau musik masih terus mengalun indah.

“Ri, Hab kabuurr..” teriak Buyut.

“apaan..?” sahut Rahab dan Erri berbarengan.

Namun detik itu juga sejumlah orang yang tengah menari riang sama menjerit histeris ketakutan saat si gorila jantan berbulu hitam berlari menghampiri. (waduhh kacau dah ni musik pantainya…hedeuuh)

Semakin lama teriakan dari orang-orang tersebut semakin terdengar jelas sambung menyambung menjadi satu..(eeh..oops maap-maap) Mereka berlarian tak tentu arah, mungkin lebih pada merasa ketakutan akan kehadiran si gorila besar yang berlari di tengah keramaian orang tersebut. Ahh.., suasana yang tadi terlihat akrab dan ceria berubah heboh, jerit sana jerit sini, lari sana lari sini, bahkan sejumlah orang dewasa sampai ada yang tersungkur segala. Oops.., wakakaka malah ada pula yang saling bertubrukan, kacau benar-benar kacau.

Akan halnya si Buyut, Erri dan Rahab yang telah turun dari atas panggung sama berlari ke arah kanan tempat di mana Om Granito dan keluarga berdiri. Conni, Lipul, Fahmi dan Nandar yang awalnya tidak mengerti kenapa mereka juga harus ikut berlari menghindar sama terheran-heran, namun begitu si Buyut menunjuk-nunjuk ke belakang karuan saja keenam yang lainnya sama kaget ketakutan.

He-he.., si Buyut sendiri pastinya berlari menghindari kejaran para dokter kejiwaan di belakang si To-ing itu, nahh..enam yang lain sudah dapat dipastikan berlari kencang karena ketakutan pada si gorila hitam. Dan sepertinya tuh gorila benar-benar berlari mengejar pada mereka bertujuh.

“FAHMIIII…KAPAAAALLL…!” teriak si Buyut dengan maksud agar si Fahmi berlari cepat menuju kapal mereka nun di ujung sana.

“SIAAAAP BOOOOSSSS…….” Teriak Fahmi seolah mengerti, maka dengan ajian sapu angin (hedeuuh) si Fahmi berlari sangat kencang mendahului mereka semua. Jiaaaah.., ternyata ooh ternyata si Fahmi kalah cepat dari si ceking Nandar yang berlari seolah melayang mendahului pria Batak tersebut sambil berteriak ketakutan, histeris.. (-_-‘)

“TULAANG, NANTULANG AKU PAMIT DULUUU..”

Begitu melintasi Om Granito dan keluarga, si Fahmi berteriak sembari pamit pada keluarga tersebut, di depannya si Nandar semakin jauh saja.

“HATI-HATI…….!” Teriak Om Granito.

“Yut ada apaan sih..???” tanya Erri di sela larinya.

“si Bule nyang kemaren tuh..!!” sahut Buyut mempercepat larinya.

“WA AA AA AA AAA……!” kaget si Erri saat melihat ke belakang.

Apa yang membuat si Erri kaget setengah mati bukanlah pada sosok si gorila jantan berbulu hitam di belakang, juga bukan pada Suko si dokter bule, apa lagi pada para pengejar lainnya. Namun ternyata ooh ternyata yang membuat pria berdarah Jawa ini kaget setengah modar, ternyata ada seorang wanita yang ikut mengejar dengan dandanan ala-ala India.

(oopssss.. JIAHAHHAHA ntu kan cewek India nyang mirip Ely Su****, huahahah..)

Erri semakin mempercepat larinya, bahkan mendahului si Buyut di depan. Tidak mau kalah, Conni dan Lipul juga si Rahab yang ketakutan karena mengira dikejar si gorila di belakang sana juga mempercepat laju lari mereka bahkan mendahului si Buyut. Kaget sekaligus terheran-heran pada laju lari rekan-rekannya tersebut, Buyut tambah gas jadi semakin kencang dan mendahului keempat rekannya yang lain.

“OOOM KAMI PAMIIIIITTTTTTTTTTTT…….” Teriak Buyut pada keluarga Om Granito yang sepertinya tidak terpengaruh akan keberadaan si gorila hitam. Malah terlihat mereka bertiga (Bapak, Ibu dan anak) sama tertawa terpingkal-pingkal melihat adegan konyool tersebut.

“DEEEESSYYYYY….” Teriak Rahab pada dara jelita di sana. “ABAANG PULAAAANG YAAAAAAA…!!”

“IYAA BAAAAANG..” jawab Desy ikut-ikutan berteriak lantang.

Di depan sana sepertinya si Fahmi sudah berada di atas kapal dan telah menyalakan mesin yacht tersebut yang jelas sekali terdengar menderu-deru. Begitu pun halnya dengan si Nandar, pemuda ini juga telah melepas sangkutan tali pengikat kapal, dan terlihat tergesa-gesa menaikkan sejumlah dapra.

“JANGAN KABUUR..!!” teriak beberapa pengejar pada si gorila.

“HEY YOU, STAY THERE WHERE YOU ARE..!!” teriak si Suko lebih dialamatkan pada si Buyut pastinya. (hei kamu, diam di tempat…!!)

“MERA PYAR HAI…MERA PYAR HAI…!!” teriak si cewek India, wakakaka pastinya dialamatkan pada si Erri. (cintaku…cintaku…!)

“HAHU-HAHU-HAHu..” jerit si gorila. (tolong-tolong-toluuong..)

Rahab dan kawan-kawan sama berlari mengarah pada dermaga yang mana di ujung dermaga tersebut telah menunggu kapal mereka yang sepertinya siap lepas landas.

(hadeuuh.. mangnya ni kapal terbang..?? bodo amat lanjuut)

Begitu hampir mencapai kapal, ternyata si gorila hitam alias si To-ing tahu-tahu semakin dekat dengan mereka hanya terpaut lebih kurang 3-4 meter saja, sedangkan para pengejar terpaut dengan jarak yang sama pula di belakang sang gorila. Kontan saja Conni, Lipul, Rahab, Erri dan si Buyut melompat sembari berteriak dan menjerit kencang. Huahuahuahu.., malah melompat ke laut.

“WAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA…”

‘CBYUUUUUUUURRRR……..’

Kelima orang yang bersahabat baik ini sama melompat histeris dan mencebur ke dalam laut. Sementara itu Om Granito, Tante Edrida, Desy alias Desol malah tertawa terbahak-bahak melihat aksi mereka semua. Pun begitu pula halnya dengan Bu Sekar Mayang, Fitria dan Inar yang juga terpingkal-pingkal.

***…TAMAT…***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline