Lelaki Buta dan Hujan
Lagi… hujan turun membasahi dahaga
Lebat menyapu tiap inci ruang bumi
Hembusan bayu menambah dingin kebekuan
Senja menjelang malam
Memaksa kaki kaki berlari
Geser geser numpang numpang
Izinkan kepala berlindung
-
Sosok tinggi sebahu
Tegak mematung di sudut kiri
Tak hiraukan percikan hujan
Tempias mendinginkan raga
Basah sekujur badan
-
Sosok bertongkat hitam
Sandal jepit kusam tak layak
Berbekal bungkus bungkus kerupuk
Tuhan…
-
Kau… lelaki buta
Gelap terang apa berbeda?
-
Bulu bulu halus berjingkat
Merinding tiada henti
Seakan ribuan semut menjalari tubuh
Teguran Tuhan…
-
Kau lelaki yang tidak melihat pongahnya dunia
Tidak mengemis…
Tidak menghiba…
Seseorang menyenggol, kasar
Kau balas dengan senyuman
-
Tuhan…
Menit menit berlalu kencang
Hujan tak jua reda
Kau tetap setia
Menunggu seseorang menawar kerupuk di tangan
Dengan cara apa kau melihat lembaran uang?
Yakinkah kau tidak seorang pun yang menipu?
Tuhan…
Tidak ada… tiada seorang jua yang peduli
-
Kau lelaki buta yang tidak melihat indahnya dunia
Tetap tegar di bawah rinai mengecil
Tidak seperti mereka bermantel menggigil
Berlalu dari pandangan
-
Anakku, Yanda bawa kerupuk
Mari kita makan bersama, istriku
Sepintas sosokmu membayang
Aku tersenyum…
Terima kasih Tuhan
Terima kasih
Bodohnya diriku yang tidak menanyakan namamu, Bang…
Semoga Allah menjagamu dari kemunafikan dunia, aamiin Allahumma aamiin
Ando Ajo, Jakarta 07 Desember 2014.
Terima Kasih Admin Kompasiana^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H