Lihat ke Halaman Asli

Ando Ajo

TERVERIFIKASI

Freelance Writer

Masih Ya, Memburukkan Agama?

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14189722791097079817

[caption id="attachment_384059" align="aligncenter" width="599" caption="Angkuh memandang diri lebih, sering menjadi petaka, tidak saja pada diri sendiri tapi juga orang lain, suku, adat, ras, dan agama."][/caption]

Masih Ya Memburukkan Agama?

[Renungan Jumat]

Katakan pada mereka;

Agama itu sifatnya sangat pribadi (hubungan antara Tuhan dan Makhluknya) tidak bisa dicampuri oleh lain orang/makhluk, tidak pula orangtua kandung.

Agama itu hubungan sangat mendalam manusia pada Penciptanya, bukan untuk dinistakan, konon pula diperdebatkan.

Agama itu "makhluk" yang bersemayam di diri guna membendung sifat "binatang" di dalam diri manusia.

Agama itu panutan akan hidup yang lebih baik berdampingan (sebab manusia makhluk sosial), bukan hasut menghasut, adu domba, dan caci-maki, apalagi sampai membunuh.

Agama itu bukan “barang” ataupun sarana untuk memperkaya harta diri, ianya jalan untuk memperkaya amal baik perbuatan, kehormatan, dan marwah diri.

Agama itu bukan “makhluk” yang selalu dijadikan kambing hitam perbuatan, penghalal semua tingkah laku, ambisi, dan keegoisan. Ianya ada untuk melunakkan kekerasan hati, kebekuan hubungan, jalinan tali merah sebagai sesama makhluk Tuhan meski berbeda warna, bahasa, dan tubuh.

Dan bila Agama tidak mampu merubah sifat/kelakuan/keperibadian seseorang, itu bukanlah soal Agama tersebut yang buruk, tapi... seseorang yang menerima Agama tersebutlah yang berhitam kalbu dan berpicik pikiran.

Katakan pada meraka;

Bukankah kita berpijak di bumi yang sama?

Tidakkah kita berpikir, kita sama menghirup udara kehidupan yang sama?

Maukah berpikir bila kita meminum air yang sama?

Lihatlah, bahwa kita berbagi cahaya mentari yang sama!

Menikmati rona bulan yang sama!

Memandang langit yang sama!

Lantas kenapa kita tidak bisa berbagi kehidupan yang sama?

Kebahagiaan yang sama?

Bila keangkuhan, egois, dan fanatisme masih meraja dalam diri, lantas apa gunanya kita menyunjung agama? Tidakkah kita sama saja dengan binatang? Atau bahkan lebih buruk dari pada itu?

Ando Ajo, Jakarta 19 Desember 2014.

Sumber ilustrasi.

Terima Kasih Admin Kompasiana^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline